Minggu, 09 September 2007

Energi Panas Bumi Indonesia

Pemanfaatan energi panas bumi memang tidak mudah. Energi panas bumi yang umumnya berada di kedalaman 1.000-2.000 meter di bawah permukaan tanah sulit ditebak keberadaan dan "karakternya". Investasi untuk menggali energi panas bumi tidak sedikit karena tergolong berteknologi dan berisiko tinggi. Investasi untuk kapasitas di bawah satu MW, berkisar US$ 3.000-5.000 per kilowatt (kW). Sementara untuk kapasitas di atas satu MW, diperlukan investasi US$ 1.500-2.500 per kW. Tantangan selanjutnya adalah akibat sifat panas yang "site specific" kondisi geologis setempat. Karakter produksi dan kualitas produksi akan berbeda dari satu area ke area yang lain. Penurunan produksi yang cepat, sebagai contoh, merupakan karakter produksi yang harus ditanggung oleh pengusaha atau pengembang, ditambah kualitas produksi yang kurang baik, dapat menimbulkan banyak masalah di pembangkit. Misainya, kandungan gas yang tinggi mengakibatkan investasi lebih besar di hilir atau pembangkitnya.

Dalam pembangkitan listrik, harga jual per kWh yang ditetapkan PLN dinilai terialu murah sehingga tak sebanding dengan biaya eksplorasi dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Dalam hat ini, PLN tidak bisa disalahkan karena tarif dasar listrik yang ditetapkan pemerintah masih di bawah harga komersial, yaitu tuluh sen dollar AS per kWh.

Di sisi lain, adanya potensi panas bumi di suatu daerah biasanya di pegunungan dan terpencil-sering tak bisa dimanfaatkan karena kebutuhan listrik di daerah itu sedikit sehingga belum ekonomis untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan energi panas bumi tersebut.

Sumber : Dep.ESDM

Minggu, 12 Agustus 2007

Pemangfaatan Energy Angin

Pemanfaatan energi angin sebenarnya bukan barang baru bagi umat manusia. Dalam www.awea.org disebutkan bahwa semenjak 2000 tahun lalu teknologi pemanfaatan sumber daya angin dan air sudah dikenal manusia dalam bentuk kincir angin (wind mills). Selain ramah lingkungan, sumber energi ini juga selalu tersedia setiap waktu dan memiliki masa depan bisnis yang menguntungkan. Kini sebagian besar negara maju di Eropa dan Amerika Serikat telah memanfaatkan sumber energi ini. Kapan tersedia di Indonesia, ya?

Pada masa awal perkembangannya, teknologi energi angin lebih banyak dimanfaatkan sebagai sulih tenaga manusia dalam bidang pertanian dan manufaktur, maka kini dengan teknologi dan bahan yang baru, manusia membuat turbin angin untuk membangkitkan energi listrik yang bersih, baik untuk penerangan, sumber panas atau tenaga pembangkit untuk alat-alat rumah tangga. Menurut data dari American Wind Energy Association (AWEA), hingga saat ini telah ada sekitar 20.000 turbin angin diseluruh dunia yang dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Kebanyakan turbin semacam itu dioperasikan di lahan khusus yang disebut “ladang angin” (wind farm).

Energi Alternatif

Di negara-negara Eropa, pemanfaatan sumber energi yang dapat diperbaharui diperkirakan bakal mencapai 8% dari permintaan energi di tahun 2005. Energi angin menjadi salah satu alternatif yang banyak dipilih dan sekaligus berfungsi mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh perangkat sumber energi sebelumnya. Tujuh tahun belakangan ini, kapasitas energi angin terpasang di Eropa melonjak hingga 40% per tahun dan saat ini kapasitas tersebut dapat memenuhi kebutuhan listrik lebih dari 5 juta kepala keluarga. Industri energi tenaga angin diperkirakan bakal memiliki kapasitas 40.000 MW (mega Watt) yang dapat mencukupi kebutuhan listrik untuk 50 juta kepala keluarga pada tahun 2010.

Lima belas tahun lalu, energi angin belum terpikirkan untuk menjadi sumber energi komersil, akan tetapi kini telah ada sekitar 60 perusahaan penyedia tenaga angin komersial diseluruh dunia dan kebanyakan berada di Eropa. Lebih dari 10 bank terbesar Eropa dan 20 lembaga ekonomi Eropa menanamkan modal pada bidang energi angin, dan tak terhitung lagi perseorangan atau perusahaan yang memanfaatkan atau berperan dalam mengembangkan teknologi ini.

Industri ini juga menyerap lumayan banyak tenaga kerja, sehingga potensial untuk mengurangi angka pengangguran. Sebagai contoh di Denmark saja, sekitar 8.500 orang tertampung dalam bidang industri energi angin, dan 4000 peluang kerja di luar Denmark tercipta dari bisnis ini. Jumlah pekerja yang terlibat dalam industri energi angin di Eropa diperhitungkan mencapai lebih dari 20.000 orang.

Ramah Lingkungan

Energi angin adalah energi yang relatif bersih dan ramah lingkungan karena tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2) atau gas-gas lain yang berperan dalam pemanasan global, sulphur dioksida dan nitrogen oksida (jenis gas yang menyebabkan hujan asam). Energi ini pun tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan ataupun manusia. Meski demikian, harap diingat bahwa sekecil apapun semua bentuk produksi energi selalu memiliki akibat bagi lingkungan. Hanya saja efek turbin angin sangat rendah, bersifat lokal dan mudah dikelola. Di samping itu turbin atau kincir angin memiliki pesona tersendiri dan menjadi atraksi wisata yang menarik, seperti misalnya saja kincir-kincir angin di negeri Belanda.

Dari hasil perhitungan yang dilakukan AWEA juga memperlihatkan bahwa turbin angin sangat efektif untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida (CO2), gas utama penyebab efek rumah kaca. Turbin angin tunggal dengan daya 750 kW (kilo Watt), bentuk turbin yang banyak dipasang di tempat penghasil sumber tenaga angin diseluruh dunia, menghasilkan kira-kira 2 juta kWh (kilo Watt hour) daya listrik dalam setahun.

Berdasar ukuran rata-rata campuran bahan bakar di Amerika Serikat (AS), kira-kira dari setiap kWh yang digunakan akan menghasilkan 1,5 pon CO2. Ini berarti setiap turbin angin biasa akan mencegah emisi sebesar 2 juta kWh x 1,5 pon CO2/kWh =3 juta pon CO2 atau 1,5 ton CO2 pertahun. Menurut Wackemagel dalam Our Ecological Footprint, sepetak lahan hutan menyerap kurang lebih 3 ton CO2 per hektar pertahun. Jadi sebuah turbin angin sebesar 750 kWh dapat mencegah emisi CO2 sebesar yang dapat diserap oleh hutan seluas setengah hektar. Dan sekitar 3 miliar kWh yang diproduksi oleh sumber energi angin California dalam setahun akan mampu menyingkirkan emisi CO2 sebesar 4,5 miliar pon (2,25 ton) atau jumlah yang baru terserap oleh hutan seluas 1.900 km persegi!

Fungsional dan Estetis

Ladang angin biasanya terdiri dari 20 turbin yang didirikan di lokasi seluas 1 km2. Namun tentu saja tidak semua bagian tanah dipergunakan untuk bangunan turbin, karena hanya sekitar satu persen saja dari keseluruhan luas tanah yang dipakai. Sisa lokasi yang lowong, pada kasus di beberapa negara Eropa, dapat dipergunakan sebagai lahan pertanian atau taman. Jadi selain fungsional, kawasan ladang angin biasanya juga tampil estetis.

Selain teknologi turbin yang terpasang di wind farm yang terletak di daratan, kini juga dikembangkan turbin angin yang dibangun di lepas pantai. Wind farm lepas pantai dinilai lebih menguntungkan karena ditempat tersebut kecepatan angin rata-rata lebih tinggi dibanding ladang angin di darat dan tidak menyita lahan yang cukup luas di darat.

Bentuk-bentuk baru energi

Meskipun para ilmuwan telah menemukan berbagai bentuk energi, yang baru mungkin belum ditemukan. Alat pengukur belum dirancang yang cukup peka untuk mendeteksi pancaran elektromagnetik yang halus dari planet-planet dan dari permata. Selama lebih dari dua ribu tahun manusia telah menyadari kekuatan magnetised menarik besi. Dalam beberapa tahun terakhir bahan keramik baru menggabungkan boron dan berilium telah ditemukan untuk menjadi lebih magnetis. Ketika kita memperhatikan keberadaan sampai sekarang ini tidak diketahui atribut magnet bahan anorganik sederhana, tidak tampak begitu tidak masuk akal bahwa ada dapat bermanfaat pengaruh elektromagnetik berlalu dari anorganik permata ke struktur organik kompleks yang tubuh kita terbuat dari Paramahansa Yogananda menulis dalam Otobiografi of a Yogi, "mutiara dan perhiasan lainnya, serta logam dan tanaman, diaplikasikan langsung pada kulit manusia, latihan pengaruh elektromagnetik sel fisik. tubuh manusia mengandung karbon dan berbagai elemen logam yang hadir juga pada tanaman, logam, dan permata. Penemuan dari Resi [diterangi orang bijak] dalam bidang-bidang ini pasti akan menerima konfirmasi beberapa hari dari ahli fisiologi. Man's sensitif tubuh, dengan listrik arus kehidupan, adalah pusat dari banyak misteri yang belum belum diselidiki. "

Ilmu itu di jalan buntu dalam kualifikasi baik kuantitatif atau pengaruh yang remedial permata dan logam murni karena, meskipun pikiran manusia dapat mengalami reaksi sadar, fenomena ini belum diukur secara empiris. Mungkin benar bahwa hanya kesadaran dapat mengukur kesadaran. Bagaimanapun, instrumen belum menemukan bahwa secara memadai dapat mengukur pengaruh permata pada kondisi manusia.

Yogi besar dari India, yang telah menampilkan kekuatan ajaib dan menunjukkan kemampuan mereka untuk mengatasi halus bahan hukum, telah menjelaskan bahwa manusia mempunyai tiga badan: kausal, astral dan fisik. Mereka menyatakan bahwa itu adalah kausal astral dan tubuh yang menentukan "cetak biru" untuk tubuh fisik penciptaan. Sama seperti tubuh fisik terutama terdiri dari enam belas unsur kimia, sehingga kausal telah enam belas "listrik" pendahulu ide atau kekuasaan. Si tubuh astral memiliki fungsi direktif (alat-alat listrik intelijen), yang mengatur lima indra fisik, kemampuan kita untuk menggerakkan otot, dan, khususnya berkenaan dengan kekuatan hidup halus permata, lima bentuk prana (mengudara vital atau chi ). Inilah lima bentuk prana yang mengendalikan langsung dan vitalitas dari lima fungsi tubuh esensial kristalisasi, asimilasi, eliminasi, metabolisme dan sirkulasi.

Sumber kekuatan tubuh fisik dan kelemahan

Kesehatan kita adalah dalam ukuran besar tergantung pada keseimbangan bernada baik dari lima jenis prana. Medan elektromagnetik yang kompleks (dalam tubuh astral) di mana tubuh fisik dibungkus, adalah sumber dari semua kekuatan fisik tubuh dan kelemahan. Tubuh astral ini, yang meliputi chakra (tujuh cerebro-spinalis, pusat-pusat astral tubuh manusia), memegang mencatat semua karma kita, dan melepaskan dengan tepat ke dalam tubuh fisik jika dirangsang oleh makrokosmos (planet radiasi menjadi bagian dari makrokosmos). Tubuh sering kali memiliki kemampuan cukup untuk memasuki getaran energi kosmis yang dibutuhkan. Pasokan dapat ditambah dengan seperti radiasi dari permata tertentu, jika permata ini adalah yang cukup berat dan tegas dikenakan kontak dengan kulit.

Allah menciptakan alam semesta mewujudkan pertama oleh pikiran atau ide, maka dengan memberikan setiap gagasan yang berbeda getaran cerdas kesadaran, dan akhirnya oleh kondensasi kesadaran ini menjadi bentuk materi. Seperti yang dikatakan dalam Alkitab: "Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu adalah dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah ... Segala sesuatu dijadikan oleh-Nya, dan tanpa Dia tidak apa-apa dibuat yang sudah dibuat." (Yohanes 1:1,3) The "Word," dalam bagian ini, adalah mengacu pada kesadaran getaran cerdas, yang juga dikenal sebagai "Amin," "Om" atau "Om."

Getaran kuat media dapat dimanfaatkan secara medis untuk menyembuhkan atau meringankan berbagai penyakit, itu sebabnya orang dapat dibantu oleh semacam getaran berbagai media sebagai homeopati, permata, warna penyembuhan, minyak bunga esensial, suara, dan herbal tincture. FDA mencerminkan kesadaran yang lebih materialistis ketika memanipulasi disiplin ilmu kedokteran yang berkuasa ke yang lebih memihak dimengerti secara ilmiah, komersial dieksploitasi, kimia dan pendekatan fisik untuk penyembuhan. Sayangnya untuk pendekatan ini, penyembuhan yang lebih sering hasil dari kecerdasan regeneratif energi penyembuhan dari manipulasi biokimia, yang tidak mengubah penyebab masalah. Kurangnya pemahaman tentang ini sangat terbelakang perkembangan seni penyembuhan kurang intrusif.

Ketika seorang penyiar berbicara, sering setiap pendengar akan mendengar sebuah "cerita yang berbeda," didasarkan pada bagaimana ia berhubungan dengan materi subjek. Dalam artikel ini, saya akan sering memeriksa situasi dari perspektif tentang bagaimana kita berhubungan dengan sesuatu, karena kegagalan dalam bagaimana kita berhubungan, bisa menjadi hambatan yang besar bagi pemahaman kita tentang penggunaan energi kristal. Sejarah menunjukkan bagaimana kebijaksanaan konvensional ini berulang kali dibatalkan oleh penemuan-penemuan baru - penemuan-penemuan hukum yang selalu ada tapi membutuhkan cara pandang baru di alam semesta, yang baru "sikap," sebelum mereka bisa dilihat dan dipahami. Ilmu fisika erat membentuk struktur empiris yang dapat digunakan untuk memprediksi ekstensi untuk struktur, dan menciptakan bahan baru dan sistem. Dalam domainnya itu adalah sangat kuat, tetapi merupakan sistem tertutup yang tidak perhatian itu sendiri dengan pengetahuan di luar domainnya. Namun, seringkali melalui para ilmuwan besar 'kesadaran fenomena di luar pemahaman ilmu pengetahuan yang saat ini ekstensi besar pada wilayah sains dibuat. Lesser ilmuwan sering dibatasi oleh batas-batas pengetahuan saat ini, dan mempertimbangkan penelitian ke dalam jiwa-tubuh "tidak ilmiah" dan "New Age."

Penciptaan adalah jaringan interkoneksi yang luas, masing-masing bagian mempengaruhi terlihat atau kasat mata lainnya, dengan cara yang sering terlalu halus untuk intelek untuk memahami. Tingkat kesadaran yang berbeda bunga ke berbagai satuan energi getaran. Para ilmuwan mengatakan kepada kita bahwa ada cukup energi dalam satu ton daya air untuk kebutuhan energi bumi selama satu tahun, kalau saja kita tahu cara menyadap ke dalamnya. Jelas bahwa energi merupakan bagian integral dari kain penciptaan, dan bahwa kita masih hanya menggaruk permukaan bagaimana memahami dan menggunakannya.

Sains dan Agama dipelihara secara tradisional pendekatan terpisah, masing-masing benci diejek atau mengganggu oleh yang lain, yang empiris dan klinis versus kebenaran yang diwahyukan, iman, dan super-pengalaman sadar. Sains menganalisis pengamatan eksternal, sementara agama asli menemukan kebenaran yang lebih tinggi melalui fakultas intuitif dan pengalaman yang lebih tinggi tingkat kesadaran spiritual. Beberapa ilmuwan mengejek gagasan tentang hubungan antara tubuh dan jiwa atau bahwa hubungan ini mungkin mempunyai pengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Namun, meskipun keberadaan astral dan tubuh kausal tidak dapat dibuktikan oleh intelek sendiri, atau terdeteksi oleh instrumen fisik, ini sama sekali tidak menghalangi keberadaan mereka.

Tindakan kita dari kehidupan masa lalu akan bergaung secara internal sampai menemukan ekspresi dalam karakter mental dan fisik. Banyak orang mengatakan mereka dapat intuitif "membaca" karma seseorang sejarah dari mata dan wajah mereka. Ekspresi cinta kecerdasan dan cita-cita yang ditulis di mata, dan yang kuat akan di dagu, misalnya, telah datang dari tindakan dan tertanam dalam pikiran berulang dalam kehidupan ini dan di kehidupan masa lalu, mematung pengaruh mereka dalam tubuh fisik melalui astral.

Karma mendorong dan tarik tolakan dan tarik-menarik adalah manifestasi getaran kesadaran, yang bahkan jamur molekuler kita makeup (iridology dan seni ramal tapak tangan memberikan bukti untuk ini). Banyak klinis psikoterapis berpendapat bahwa kebencian yang mendalam (dari karma yang tidak menyenangkan "payback"), yang bertindak seperti "kanker pada pikiran," mungkin akhirnya menghasilkan kanker aktual di dalam tubuh. Namun, seperti penggunaan permata untuk terapi, berpendapat ini tidak dapat dibuktikan secara empiris untuk kepuasan ilmiah Barat akademis. Itu, toh, efek yang nyata, menghasilkan kanker nyata! Untungnya, banyak orang telah menemukan bahwa mereka tidak menyenangkan karma bisa diubah dengan cara yang positif oleh resonansi magnetik halus pikiran yang benar, perilaku yang benar, doa, meditasi, seluruh makanan bergizi, bunga esensi (seperti aroma dan obat bunga Bach), penyembuhan herbal , dan dengan mengenakan permata tertentu di samping kulit mereka.

Cina dan India Pengobatan ayurveda menggunakan host media untuk meningkatkan mengudara vital dalam rangka untuk membawa kesehatan dan kesembuhan. Namun permata dan logam dapat dengan mudah digunakan, dasar yang kokoh (dikenakan secara permanen di sebelah kulit) untuk mencapai manfaat yang sama. Mistikus besar, Edgar Cayce, adalah awal abad kedua puluh perintis seni permata penyembuhan (antara lain bakat). Dia berkata: "[Permata] membuat ... tubuh lebih sensitif terhadap getaran yang lebih tinggi."

Selasa, 03 Juli 2007

Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Energi surya adalah sumber energi terbarukan yang sedang dan (kemungkinan) akan berkembang paling cepat. Tapi, teknologi energi surya memiliki kelemahan laten, karena tidak bisa membangkitkan listrik di malam hari atau saat sinar matahari tertutup awan. Lalu bagaimana solusinya?

Sebuah konsorsium bernama SolarReserve menawarkan satu solusi menjanjikan, baik dari segi kehandalan sistem, ekonomi, maupun keamanan lingkungan. Jawabannya ada pada garam.

SolarReserve menggunakan teknologi yang dapat menyimpan energi panas cahaya matahari di dalam larutan garam mendidih. Proyek pertama SolarReserve akan menghasilkan listrik 500 MW (dapat menyediakan listrik sekitar 400 ribu rumah), setara dengan kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar batubara, tapi tidak menghasilkan gas rumah kaca.

Berbeda dengan pembangkit listrik tenaga surya lain, teknologi milik SolarReserve dapat menghasilkan listrik saat langit mendung, bahkan malam hari. Dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, SolarReserve merencanakan membangun 10 pembangkit listrik jenis ini.

Pembangkit listrik yang menggabungkan energi surya dan larutan garam ini memiliki prinsip kerja hampir serupa dengan pembangkit listrik tenaga surya di Seville. Di Seville terdapat ratusan cermin yang memantulkan sinar matahari ke sebuah tower. Pada tower ini diletakkan tanki besar berisi air. Energi matahari akan memanaskan air di dalam tanki, lalu menghasilkan uap panas, yang kemudian disalurkan ke turbin-turbin untuk menghasilkan listrik.

Energi surya adalah sumber energi terbarukan yang sedang dan (kemungkinan) akan berkembang paling cepat. Tapi, teknologi energi surya memiliki kelemahan laten, karena tidak bisa membangkitkan listrik di malam hari atau saat sinar matahari tertutup awan. Lalu bagaimana solusinya?

Sebuah konsorsium bernama SolarReserve menawarkan satu solusi menjanjikan, baik dari segi kehandalan sistem, ekonomi, maupun keamanan lingkungan. Jawabannya ada pada garam.

SolarReserve menggunakan teknologi yang dapat menyimpan energi panas cahaya matahari di dalam larutan garam mendidih. Proyek pertama SolarReserve akan menghasilkan listrik 500 MW (dapat menyediakan listrik sekitar 400 ribu rumah), setara dengan kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar batubara, tapi tidak menghasilkan gas rumah kaca.

Berbeda dengan pembangkit listrik tenaga surya lain, teknologi milik SolarReserve dapat menghasilkan listrik saat langit mendung, bahkan malam hari. Dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, SolarReserve merencanakan membangun 10 pembangkit listrik jenis ini.

Pada teknologi milik SolarReserve, mereka tidak menggunakan ‘air biasa’ di dalam tanki, tapi air garam. Ratusan cermin memantulkan cahaya matahari ke tanki, memanaskan air garam hingga 1,000 derajat Fahrenheit (538 derajat Celsius). Air garam mendidih (yang membawa uap panas) lalu dipompa ke generator untuk memutar turbin uap dan menghasilkan listrik.

Hingga di sini, prinsip kerja pembangkit milik SolarReserve masih sama dengan pembangkit di Seville. Lalu apa yang membedakan? Pembangkit di Seville tidak dapat beroperasi di malam hari atau saat cuaca mendung, sedangkan milik SolarReserve dapat bekerja 24 jam sehari. Inilah keunggulan utama teknologi baru ini.

Rahasianya adalah karena SolarReserve menggunakan garam, campuran sodium dan potassium nitrate. Larutan tersebut memiliki kemampuan menyimpan panas. Riset yang dilakukan The National Solar Thermal Test Facility menyimpulkan bahwa garam mendidih adalah larutan yang paling baik digunakan menyalurkan energi panas. Selanjutnya lembaga tersebut mengatakan bahwa panas yang tersimpang masih cukup untuk memutar turbin uap tekanan tinggi, walaupun saat tidak ada sinar matahari.

Keuntungan lain dari teknologi ini adalah karena tidak melibatkan bahan-bahan yang dapat terbakar, tidak beracun, dan yang paling penting tidak menghasilkan karbon dioksida.

Kamis, 28 Juni 2007

Sepeda Tenaga Matahari

sudah banyak kita mendengar dan melihat produk-produk elektronik yang dijalankan dengan tenaga matahari tetapi baru kali ini kami mendengar atau menemukan sepeda dengan tenaga matahari.

The EV Sunny Solar Electric Bicycle adalah sepeda yang dapat berjalan dengan memanfaatkan tenaga matahari.

Uniknya, solar panel (panel tenaga surya) ditempatkan di kedua roda sepeda yang akan memindahkan tenaga yang dihasilkan ke baterai yang ada dengan kapasitas 500 watt.

Kecepatan sepeda ini bisa mencapai 30km per jam dan beratnya sekitar 34kg.

Sungguh menyenangkan bersepeda tanpa harus mengeluarkan keringat tapi mungkin kami harus mengeluarkan keringat lebih banyak untuk bekerja dan mengumpulkan uang sebanyak mungkin, mengingat harga sepeda ini sekitar Rp. 8.000.000.

Rabu, 27 Juni 2007

Tenaga Angin

Teknologi tenaga angin, sumber energi paling cepat berkembang di dunia, sepintas terlihat sederhana. Namun dibalik menara tinggi, langsing dan bilahan besi putar terdapat pergerakan yang kompleks dari bahan-bahan yang ringan seperti desain aerodinamis dan komputer yang dijalankan secara elektronik. Tenaga ditransfer melalui baling-baling, kadang dioperasikan pada variable kecepatan, lalu ke generator (meskipun beberapa turbin menghindari kotak peralatan dengan menjalankan langsung)


Tenaga Angin saat ini

Perkembangan teknologi dalam dua dekade terakhir menghasilkan turbin angin yang modular dan mudah dipasang. Saat ini sebuah turbin angin modern 100 kali lebih kuat daripada turbin dua dekade yang lalu dan ladang angin saat ini menyediakan tenaga besar yang setara dengan pembangkit listrik konvensional. Pada awal tahun 2004, pemasangan tenaga angin secara global telah mencapai 40.300 MW sehingga tenaga yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan sekitar 19 juta rumah tangga menengah di Eropa yang berarti sama dengan mendekati 47 juta orang.

Dalam 15 tahun terakhir ini, seiring meningkatnya pasar, tenaga angin memperlihatkan menurunnya biaya produksi hingga 50%. Saat ini di wilayah yang anginnya maksimum, tenaga angin mampu menyaingi PLTU batu bara teknologi baru dan di beberapa lokasi dapat menandingi pembangkit listrik tenaga gas alam.


Tenaga Angin pada tahun 2020

Selama beberapa tahun terakhir pemasangan kapasitas angin meningkat melebihi 30%. Hal tersebut membuat target untuk menjadikan tenaga angin mampu memenuhi kebutuhan energi dunia hingga 12 persen pada tahun 2020 menjadi realistis. Di saat bersamaan hal tersebut juga akan membuka kesempatan terbukanya lapangan pekerjaan hingga dua juta dan mengurangi emisi CO2 hingga 10.700 juta ton.

Berkah terus meningkatnya ukuran dan kapasitas rata-rata turbin, pada tahun 2020 biaya pembangkit listrik tenaga angin pada wilayah yang menunjang akan turun hingga 2.45 sen per KWh- lebih murah 36 persen dari biaya pada tahun 2003 yang mencapai 3.79 euro/KWh. Sambungan kabel listrik tidak termasuk dalam biaya ini.


Tenaga angin setelah tahun 2020

Sumber angin dunia sangat besar dan menyebar dengan baik di semua kawasan dan negara. Menggunakan teknologi saat ini, tenaga angin diperkirakan dapat menyediakan 53.000 Terawat/jam setiap tahunnya. Yang berarti dua kali lebih besar dari proyeksi permintaan energi pada tahun 2020-meninggalkan tempat yang penting untuk tumbuhnya industri bahkan dalam 1 dekade kedepan. Amerika Serikat sendiri mempunyai potensi angin yang cukup untuk menyediakan pasokan kebutuhan energinya bahkan tiga kali lebih besar daripada kebutuhannya.


Kelebihan Tenaga Angin

Ramah lingkungan- keuntungan terpenting dari tenaga angin adalah berkurangnya level emisi karbon dioksida penyebab perubahan ikilm. Tenaga ini juga bebas dari polusi yang sering diasosiasikan dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir.

Penyeimbang energi yang sangat baik -emisi karbon dioksida berhubungan dengan proses produksi. Pemasangan dan penggunaan turbin angin selama rata-rata 20 tahun siklus hidup ‘membayar kembali’ terjadinya emisi setelah 3-6 bulan pertama—yang berarti lebih dari 19 tahun produksi energi tanpa ongkos lingkungan.

Cepat menyebar—pembangunan ladang angin (wind farm) dapat diselesaikan dalam waktu seminggu. Menara turbin, badan dan bilahan besi di pasang di atas permukaan beton bertulang dengan menggunakan alat pemindah besar.
Sumber energi terbarukan dan dapat diandalkan- angin yang menjalankan turbin selalu gratis dan tidak terkena dampak harga bahan bakar fosil yang fluktuatif. Tenaga ini juga tidak butuh untuk ditambang, digali atau dipindahkan ke pembangkit listrik. Seiring meningkatnya harga bahan bakar fosil, nilai tenaga angin juga meningkat dan biaya keseluruhan pembangkit akan menurun.

Selanjutnya, dalam proyek besar yang menggunakan turbin ukuran medium yang sudah disetujui, tenaga angin mampu beroperasi hingga 98% secara konstan. Artinya hanya dua persen waktu turun mesin untuk perbaikan- catatan yang jauh lebih baik dari yang bisa diharapkan dari pembangkit listrik konvensional.


Variable Angin

Variable angin menimbulkan masalah manajemen sistem jaringan listrik lebih sedikit daripada yang diharapkan oleh pihak-pihak yang skeptis. Ketidakstabilan permintaan energi dan kebutuhan untuk melindungi gagalnya pembangkit listrik konvensional memenuhi kebutuhan tersebut, sesungguhnya membutuhkan sistem jaringan listrik yang lebih fleksibel daripada tenaga angin, dan pengalaman dunia nyata telah menunjukan bahwa sistem pembangkit listrik nasional mampu menjalankan tugas tersebut. Pada malam berangin, sebagai contoh, turbin angin 50% pembangkit listrik di bagian barat Denmark, tapi kekuatannya telah terbukti dapat diatur.

Penciptaan jaringan listrik yang super mengurangi masalah ketidakstabilan angin. Caranya dengan membiarkan perubahan pada kecepatan di wilayah-wilayah berbeda untuk diseimbangkan satu sama lain.


Bergerak ke depan

Perkembangan tenaga angin berkembang dengan pesat saat ini, namun demikian masa depan tenaga ini belum terjamin. Saat ini tenaga angin telah dimanfaatkan oleh sekitar 50 negara di dunia. Namun sejauh ini kemajuan itu disebabkan oleh usaha segelintir pihak, yang dipimpin oleh Jerman, Spanyol dan Denmark. Negara-negara lain perlu untuk memperbaiki industri tenaga angin secara dramastis jika target global ingin dicapai. Oleh karena itu prediksi untuk menjadikan tenaga angin dapat memasok energi dunia sebesar 12 persen pada tahun 2020 sebaiknya tidak dilihat sebagai hal yang pasti, tapi sebagai tujuan—satu kemungkinan masa depan yang kita bisa pilih jika kita mau.

Biogas, Sumber Energi Alternatif

Oleh : Burhani Rahman

Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi bersama-sama (Kompas, 23 Juni 2005).

Kenaikan harga yang mencapai 58 dollar Amerika Serikat ini termasuk luar biasa sebab biasanya terjadi saat musim dingin di negara-negara yang mempunyai empat musim di Eropa dan Amerika Serikat. Masalah ini memang pelik sebagaimana dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan dengan para gubernur di Pontianak, Kalimantan Barat, tanggal 22 Juni 2005, dan mengajak masyarakat melakukan penghematan energi di seluruh Tanah Air.

Penghematan ini sebetulnya harus telah kita gerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable), sedangkan permintaan naik terus, demikian pula harganya sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable).

Kebutuhan bahan bakar bagi penduduk berpendapatan rendah maupun miskin, terutama di pedesaan, sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang memang dirasakan terjangkau karena disubsidi oleh pemerintah. Namun karena digunakan untuk industri atau usaha lainnya, kadang-kadang terjadi kelangkaan persediaan minyak tanah di pasar. Selain itu mereka yang tinggal di dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu bakar, baik dari ranting-ranting kering dan tidak jarang pula menebangi pohon-pohon di hutan yang terlarang untuk ditebangi, sehingga lambat laun mengancam kelestarian alam di sekitar kawasan hutan.

Sebetulnya sumber energi alternatif cukup tersedia. Misalnya, energi matahari di musim kemarau atau musim kering, energi angin dan air. Tenaga air memang paling banyak dimanfaatkan dalam bentuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), namun bagi sumber energi lain belum kelihatan secara signifikan.

Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan adalah energi biogas dengan memproses limbah bio atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak.

Teknologi biogas

Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah sebagaimana peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (Kompas, 17 Maret 2005). Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak.

Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806 mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan. Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan methan.

Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan. Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara dua Perang Dunia dan beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan mudah memperolehnya pada tahun 1950-an pemakaian biogas di Eropa ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, The Development and Use of Biogas Technology in Rural Asia, 1981).

Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna (digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa hasil pencernaan (slurry) dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk.

Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji.

Alat pembangkit biogas

Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester, yaitu tipe terapung (floating type) dan tipe kubah tetap (fixed dome type). Tipe terapung dikembangkan di India yang terdiri atas sumur pencerna dan di atasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur dibangun dengan menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen. Karena dikembangkan di India, maka digester ini disebut juga tipe India. Pada tahun 1978/79 di India terdapat l.k. 80.000 unit dan selama kurun waktu 1980-85 ditargetkan pembangunan sampai 400.000 unit alat ini.

Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola). Tipe ini dikembangkan di China sehingga disebut juga tipe kubah atau tipe China (lihat gambar). Tahun 1980 sebanyak tujuh juta unit alat ini telah dibangun di China dan penggunaannya meliputi untuk menggerakkan alat-alat pertanian dan untuk generator tenaga listrik. Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga dengan volume 6-10 meter kubik dan tipe besar 60-180 meter kubik untuk kelompok.

India dan China adalah dua negara yang tidak mempunyai sumber energi minyak bumi sehingga mereka sejak lama sangat giat mengembangkan sumber energi alternatif, di antaranya biogas.

Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan biogas methan. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan lain-lain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar terdiri atas kotoran ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan air yang cukup banyak.

Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai satu bulan sebelum dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk, sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang telah Ć¢?dicernaĆ¢? oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur, mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana halnya kompos sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan ke dalam karung.

Untuk permulaan memang diperlukan biaya untuk membangun pembangkit (digester) biogas yang relatif besar bagi penduduk pedesaan. Namun sekali berdiri, alat tersebut dapat dipergunakan dan menghasilkan biogas selama bertahun-tahun. Untuk ukuran 8 meter kubik tipe kubah alat ini, cocok bagi petani yang memiliki 3 ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100 ekor ayam di samping juga mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai pelengkap biomassa. Setiap unit yang diisi sebanyak 80 kilogram kotoran sapi yang dicampur 80 liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik biogas yang dapat dipergunakan untuk memasak dan penerangan. Biogas cocok dikembangkan di daerah-daerah yang memiliki biomassa berlimpah, terutama di sentra-sentra produksi padi dan ternak di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan lain-lain.

Pembangkit biogas juga cocok dibangun untuk peternakan sapi perah atau peternakan ayam dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam digester. Kompleks perumahan juga dapat dirancang untuk menyalurkan tinja ke tempat pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju banyak yang menerapkan sistem ini sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan mengurangi polusi dan biaya pengelolaan limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang bermutu.

Untuk menuai hasil yang signifikan, memang diperlukan gerakan secara massal, terarah, dan terencana meliputi pengembangan teknologi, penyuluhan, dan pendampingan. Dalam jangka panjang, gerakan pengembangan biogas dapat membantu penghematan sumber daya minyak bumi dan sumber daya kehutanan. Mengenai pembiayaannya mungkin secara bertahap sebagian subsidi BBM dialihkan untuk pembangunan unit-unit pembangkit biogas. Melalui jalan ini, mungkin imbauan pemerintah mengajak masyarakat untuk bersama-sama memecahkan masalah energi sebagian dapat direalisasikan.

Sumber : Kompas (8 Agustus 2005)

Minggu, 24 Juni 2007

Sumber Energi Alternatif

Energi yang sering kita pakai sehari-hari semakin lama semakin berkurang atau menipis. Karena banyaknya pemakaian yang tidak
terkontrol sehingga menimbulkan kelangkaan atau bahkan habis sama sekali. Untuk itu sekarang perlu dipikirkan adanya energi alternative untuk pengganti dari energi yang biasanya sering dipakai . Dibawah ini adalah berbagai sumber energi alternatif yang dapat kita manfaatkan, selain akan membantu udara untuk jadi bersih, penghematan juga akan dapat dilakukan.

Angin.
Tenaga kinetik angin sekarang sudah mulai banyak dipergunakan sebagai pemutar angin dengan menggunakan turbin angin baik untuk rumah maupun untuk keperluan bisnis. Satu turbin angin dapat berharga dua setengah milyar rupiah sampai dengan 10 milyar rupiah, tergantung dari ukurannya. Tapi satu turbin saja dapat menghidupi sampai dengan tiga puluh rumah, tapi karena angin tidak selalu bertiup, tenaga cadangan harus selalu tetap tersedia, misalnya dari PLN.

Matahari.
Negara kita yang kaya matahari tampaknya sangat cocok menggunakan sumber daya ini. Coba gunakan atap yang terbuat dari sistem tenaga surya yang disebut sel fotovoltaik. Harganya memang tidak murah, untuk atap ukuran standar dapat mencapai 200 juta rupiah. Tapi sistem ini sangat mengurangi tagihan listrik pemilik rumah, apalagi dengan sistem tagihan PLN yang ada sekarang.

Biodiesel.
Bahan dasar bahan bakar ini dibuat dari tumbuhan seperti kedelai, kelapa dan sebangsanya, biodiesel adalah bahan bakar non-toxic yang dapat dicampurkan dengan minyak diesel biasa atau digunakan sebagaimana adanya untuk mengurangi emisi.

Nuklir.
Dengan bahan bakar uranium, logam yang ditemukan di bebatuan, dan diproses di reaktor nuklir, energi panas yang ada akan digunakan sebagai bahan untuk memutar turbin yang ada. Sumber energi ini tidak melepaskan emisi gas rumah kaca dan tidak malah. 20% sumber listrik di Amerika sudah berbahan bakar nuklir.

Hidrogen.
Bagaimana caranya anda menciptakan sumber daya yang sama sekali tidak mengeluarkan apapun kecuali air bersih? Jawabannya adalah sel bahan bakar hidrogen. Masalah yang ada sekarang adalah untuk memisahkan hidrogen dari bentuk komposisinya, misalnya rantai karbon atau air, berarti menggunakan sumber daya lainnya. Penyimpanan hidrogen juga tidak mudah, karena kepadatannya sangat rendah, maka sangatlah sulit untuk menempatkan hidrogen dalam jumlah besar dalam ruangan yang sempit. Oleh karena itulah, walaupun banyak kendaraan mulai menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya, masih sulit didirikan stasiun pengisian hidrogen.

Sabtu, 23 Juni 2007

Anak SD temukan Energi Alternatif dari Ketela, Diberi Nama "Baterai Singkong"

"Bang gorengan singkong 10 yahh..", pinta Linuz kepada abang gorengan yang dia pikir mampu mengganti karbohidrat. Akibat program diet nasinya. Tiba-tiba matanya tertuju kepada sebuah berita yang membuat dirinya malu dan kehilangan selera makan atas prestasi yang dicetak bocah kecil yang usianya lebih muda 11 tahun.


Seorang anak bernama Innocencio Kresna Pratama (dipanggil Inno) mengantarkan kota Bandar Lampung menjadi yang terbaik di ajang "Kompetensi dan Kreativitas Siswa SD Dan Madrasah Ibtidaiah (MI) se provinsi Lampung" tanggal 6-7 November kemarin. Apa yang dibuat Inno? Bocah kelas 6 SD TUnas Mekar Indonesia ini berhasil membuat para juri terpana dengan karyanya yang bertajuk "Baterai Singkong, Upaya menemukan Energi Alternatif" serta mengantarkannya mewakili provinsi Bandar Lampung pada event yang sama tingkat nasional (27 November mendatang).

Modalnya, menurut Inno, sangat mudah didapat dan murah pula; satu batang singkong kecil yang dipotong menjadi empat bagian. Inno menancapkan pelat dan tembaga seng yang kemudian disambung dengan kabel kecil ke kalkulator dan jam digital. Hasilnya? Kedua benda itu menyala dan tetap akurat!

Menurut Inno, singkong dapat menghasilkan listrik karena mengandung cairan elektrolit untuk menghasilkan listrik."Untuk itu teknologi sederhana ini saya namakan Baterai Singkong", ujar anak dari pasangandrg. Edy Suwanto dan drg. Lucia Dwi Handayani.

Apa yang mendorong calon ilmuwan cilik kelahiran 8 Maret 1996 ini? Dia mengaku terinsipirasi karena rajin membaca, ditambah lagi sudah memulai penelitian kecil di sekolah seperti mulai cara menanam, mengamati pertumbuhan tanaman, dan lain-lain.

Ketertarikannya menjadi semakin menjadi-jadi setelah membaca di internet dan berbagai macam buku kalau apel dan jeruk dapat pula menghasilkan listrik. "Mulai dari situlah aku tertarik melanjutkan penemuan ini. Aku menduga buah lain, bahkan umbi2an juga dapat menghasilkan listrik" kata dia.
Di sekolah Inno mengadakan percobaan di sekolah seperti menguji buah mangga yang didapati juga menghasilkan listrik. Ia beralih ke umbi2an; singkong,ubi,dan kentang tak luput untuk dijadikan obyek pengujian.Inno mengklaim baterai singkong dapat bertahan berhari-hari tanpa henti seperti baterai konvensional, malahan dapat dipakai berkali-kali dengan menancapkan pelat tembaga di bagian sisi yang belum digunakan.

Otaknya yang kreatif terus seakan tak pernah berhenti yang terbukti dari pengakuannya untuk melanjutkan penelitian menjadikan singkong batu baterai kering.
Meskipun begitu, anak ini tetap rendah hati dan mengharapkan doa dari orang-orang terdekatnya berharap untuk kembali menjadi yang terbaik di ajang nasional kelak.

Sambil meneguk air putihnya, Linuz menguap dan bergumam asal,"Huahh harus cepet dipatenin nih singkong ajaib"

Energi Alternatif Untuk Kesejahteraan?

Apa yang Anda lakukan di pagi hari? Menemani sarapan pagi dengan televisi, mengerjakan tugas-tugas menggunakan komputer, atau membaca koran diiringi radio dan lampu yang menyala? Apapun pilihan Anda, ketiga aktivitas tersebut sama-sama mengkonsumsi listrik, dan memang, berbicara mengenai energi, pada akhirnya juga akan menyinggung permasalahan budaya. Hal ini terungkap dari keynote speeker yang disampaikan oleh Dr. Evita H. Legowo menggantikan Menteri Energi & Sumber Daya Mineral ketika membahas ketahanan nasional dalam seminar Energi Alternatif untuk Kesejahteraan Rakyat(05/08) di Aula Barat ITB.

Salah satu contoh bagaimana budaya berpengaruh pada ketahanan nasional, khususnya energi adalah kasus pengalihan minyak tanah menjadi bahan bakar gas. Adanya perubahan kebiasaan ini menyebabkan banyak kompor-kompor gas yang diberikan oleh pemerintah hanya teronggok dengan masih terbungkus rapih. Padahal subsidi pemerintah untuk minyak tanah yang mencapai Rp. 4000/liter telah dialihkan untuk mendukung program penggunaan kerosin. Eratnya kaitan antara energi dan budaya juga tercermin dari gaya hidup masyarakat dalam mengkonsumsi energi. Menurut Evita, angka pertumbuhan energi tergolong tinggi, yaitu mencapai 7,1% per tahun.

Kebutuhan energi yang tinggi, serta masih banyaknya daerah-daerah yang belum mendapatkan energi listrik—sekitar 40% di daerah Jawa dan Bali, menunjukan angka pertumbuhan tersebut masih mungkin untuk bertambah. Di sisi lain, untuk memperoleh energi juga dibutuhkan energi yang memakan biaya tak sedikit atau bahkan dengan impor. Kebutuhan untuk impor terlihat dari kapasitas produksi kilang BBM dalam negeri tidak bertambah dalam satu dekade terakhir, sedangkan permintaan terus meningkat. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi net oil importir country, seperti yang tampak pada tahun 2005, yaitu impor minyak bumi untuk kebutuhan bahan baku kilang BBM mencapai 40%, dan impor BBM untuk pemakaian dalam negeri mencapai 32%. Besarnya angka impor ini berimplikasi pada besarnya APBN yang dialokasikan untuk sektor energi, khususnya BBM. Pada Juni 2006 misalnya, harga minyak mencapai US$74 per barel, sementara asumsi harga minyak dalam APBN hanya US$57.

Salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap harga minyak dunia yang berimplikasi pada APBN dan stabilitas perekonomian negara, adalah dengan mengurangi konsumsi BBM dan beralih ke sumber energi lain. Untuk mendukung pengembangan BBN pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM). Selain peran pemerintah sebagai regulator dalam pengembangan energi alternatif, peran para pemangku kepentingan yang lain dituangkan dalam UU No. 30/2007 tentang Energi, yaitu kewajiban pemerintah dan pemerintah untuk menyediakan energi baru dan energi terbarukan sebagai bagian dari diversifikasi energi, serta tanggung jawab semua pihak untuk melakukan konservasi energi.

Dari UU No.30/2007 tersebut, pengembangan energi alternatif mengaitkan berbagai pihak. Adanya beragam pihak yang harus terlibat agar pengembangan energi alternatif dapat berjalan menyebabkan relasi menjadi penting. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Suhono Harso Supangkat dalam sambutannya selaku kepala Inkubator Industri dan Bisnis(IIB)—dulu Pusat Inkubator Bisnis, ia mengharapkan seminar yang diselenggarakan oleh IIB agar menjadi sarana untuk menghubungkan para pemangku kepentingan pengembang energi alternatif. Hal senada diungkapkan oleh Prof. Dr. Adang Surahman, yaitu agar seminar ini dapat membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya energi alternatif, mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan energi alternatif, serta menjalin kerja sama antara IIB, pemerintah daerah dan industri. Untuk mendukung tujuan tersebut, seminar sehari ini memang cukup padat. Tiga sesi, dengan jumlah pembicara mencapai 12 orang dan tema mencakup perkembangan teknologi penyediaan energi alternatif, potensi penerapan energi alternatif di masyarakat dan industri, dan sesi terakhir mengenai pembiayaan energi alternatif untuk masyarakat dan industri.

Pada sesi I, Saryono dari Departemen ESDM, Parno Isworo Direktur Keuangan PT PLN, Bambang Isti Eddi Direktur Niaga PT Indonesia Power, Willy Adriansyah dari laboratorium termodinamika ITB serta Tirto Prakoso peneliti energi alternatif serta dosen teknik Kimia ITB menguraikan paparannya mengenai energi-energi alternatif yang kini tengah dikembangkan. Saryono menguraikan program pengalihan minyak tanah ke LPG dalam rangka pengurangan subsidi BBM 2007-2012. Selain gas, diversifikasi energi juga dilakukan dengan mengembangkan geothermal, hydro, angin, serta biomassa. Dari sesi tanya jawab, terungkap masalah insentif masih menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan energi alternatif melewati ambang batas(critical mass) untuk dapat bertahan.

Sebagai ilustrasi, sesi II menyajikan para praktisi yang telah bergelut dengan energi alternatif. Hadir sebagai pembicara Dr. Wilson W. Wenas yang mengembangkan listrik tenaga surya. Keunggulan dari tenaga surya adalah tidak membutuhkan jaringan transmisi, membangkitkan listrik langsung di tempat dan dalam bentuk modular, bebas polusi udara dan suara, dapat membangkitkan listrik di mana saja asalkan ada sinar matahari. Salah satu hambatan dari pengembangan listrik tenaga surya ini terletak pada belum adanya insentif dari pemerintah yang mendukung. Wilson memberi contoh, saat Jepang pertama kali mengembangkan solar sel, pemerintah memberi subsidi 50% sehingga memancing investor lain untuk turut mengembangkan.

Selain Wilson, Ir. Kusetiadi Raharjo dari PT Heksa Prakarsa menyampaikan potensi penerapan mikrohidro di masyarakat. Dari pemaparannya, Kusetiadi membandingkan biaya investasi per kW yang harus dikeluarkan untuk mikrohidro terhadap energi terbarukan lainnya. Dalam matriks tersebut, biaya investasi untuk peralatan mikrohidro paling murah dibandingkan tenaga surya, tenaga angin, dan biomassa. Sebagai usaha yang tergolong kecil menengah, Kusetiadi mengungkapkan permasalahan klasik yang dihadapi adalah sosialisasi produk, pembinaan SDM, keterbatasan perkakas, dan keterbatasan dana.

Andrias Wiji SP mengisahkan pengalamannya dalam mengembangkan biogas dengan sumber kotoran ternak. Di latarbelakangi dari niatnya untuk menciptakan teknologi yang dapat diterapkan di masyarakat, pria lulus Teknik Kimia ini mengembangkan usaha yang dapat mengurangi dampak buruk dari limbah biomassa jika tidak ditangani dengan baik, serta mengurangi ketergantungan terhadap BBM. Untuk mewujudkan niatnya tersebut, pada tahun 2003 Andrias bergabung dengan PIB. Setahun kemudian, ia bersama keempat temannya mulai mendesain reaktor biogas dengan bahan dasar plastik, reaktor tersebut dijual dengan harga Rp. 750.000. Pada tahun pertama, reaktor tersebut hanya laku 30 buah. Tantangan lain adalah teman-temannya memilih untuk masuk dalam dunia industri. Namun tantangan tersebut tak membuat Andrias surut. Perlahan reaktornya mulai berkembang, serta pasarnya pun meluas dari promosi mulut ke mulut.

Permasalahan promosi sebagaimana yang diungkapkan oleh Kusetiadi, dan tidak adanya biaya promosi yang dilakukan oleh Andrias juga diungkapkan oleh Sigit Wiriatmo. Direktur PT. Nuansa Cipta Kreasi yang bergerak dalam pembangkit listrik tenaga angin ini berharap dari seminar ini, ia dapat memperoleh pesanan, dan mendapat bantuan teknologi dari IIB.

Pada sesi III, Laksmi Dewanti perwakilan dari Kementrian Lingkungan Hidup urusan insentif dan pendanaan lingkungan, Harijanti M. Kadri perwakilan dari bagian Corporate Social Responsibility PT. Indonesia Power, dan perwakilan dari Ecosecuritas menyampaikan peluang-peluang pengajuan dana serta usaha-usaha yang sudah dilakukan dalam mengembangkan energi alternatif.

Seminar sehari yang berlangsung padat serta melibatkan berbagai pemangku kepentingan ini ditutup oleh Ahdiar, wakil Inkubator Industri dan Bisnis. Ia mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang terlibat dalam seminar ini. Acara yang berlangsung hingga sore ini menyisakan banyak harapan, khususnya yang terkait potensi energi yang ada di Indonesia. Langkah selanjutnya adalah menjadikan potensi tersebut tak hanya guratan angka di atas kertas, tapi nyata bagi kesejahteraan bangsa

BBM, Energi Alternatif Dan Transportasi

Kelangkaan BBM dan tingginya harga minyak bumi, mendorong lagi kita ramai-ramai membicarakan mengenai alternatif energi, khususnya untuk kendaraan bermotor. Sampai-sampai presiden SBY pun menantang para ilmuwan dan peneliti. Janganlah semangat mencari energi alternatif ini nanti berhenti lagi kalau harga minyak bumi menurun dibawah 40 dollar per barrel. Dan kemudian dokumennya hilang tidak tahu kemana.

Di tahun 1980-an, kita pernah menggelar secara intensif dan extensif program bahan bakar alternatif ini. Tapi kemudian tidak berkembang terus dengan menurunnya harga minyak bumi dan pergantian pejabat. Proyek gasohol, bensin dengan campuran 10% ethanol, telah tuntas dikaji dan diuji, bersama dengan produsen kendaraan bermotor. Lembaga penelitian dan pilot plant pembuatan ethanol khusunya dari pati singkong di Lampung, telah selesai dan beroperasi. Tapi kemudian program ini juga tidak berkembang.

Pada waktu yang sama proyek pemakaian CNG untuk kendaraan bermotor juga diluncurkan. Guberbur DKI Jakarta telah menetapkan bahwa semua taksi baru harus memanfaatkan CNG. Pertamina menunjuk 16 buah SPBU di Jabotabek untuk mendistrubusikan CNG. Kemudian perusahaan produsen bis diharuskan mengembangkan bis (khususnya bis kota) dengan menggunakan mesin yang memanfaatkan CNG. Sayangnya kemudian pada tahun 1995 Menteri Pertambangan pada waktu itu mengijinkan juga pemanfaatan LPG. Proyek jadi tidak jelas.

Desakan produsen mobil yang memakai mesin solar, menyebabkan Gubernur DKI kemudian mengijinkan juga taksi memakai mesin solar (mesin solar tidak bisa dikonversi untuk memakai CNG). Saat ini tidak jelas lagi bagaimana perkembangannya. Seandainya kita konsisten sejak waktu itu, dan diberlakukan luas diseluruh Indonesia, mungkin krisis BBM dan polusi udara dikota besar yang sekarang ini bisa diatasi lebih baik.

Sekarang kita mulai lagi program serupa, alternatif energi. Kita harus sadari bahwa peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dicapai sebagai hasil kumulatif dari berbagai kegiatan sebelumnya. Jadi kalau terjadi disruptive technological development seperti yang kita alami, maka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini akan terhambat. Kita harus memulai dari nol lagi. Teknologi mesin penggerak untuk angkutan darat khususnya mobil dan kapal laut saat ini masih didominasi oleh mesin piston/torak (mesin Otto). Berbagai upaya alternatif mesin dengan energi yang lain, seperti mobil listrik, hybrid, dan hydrogen, belum mencapai tingkat keekonomiannya. Penggunaan mesin turbin dan jet dikapal laut masih terbatas dikapal-kapal perang.

Penelitian akan pemakaian mesin jenis lain masih didominasi oleh negara-negara industri maju. Karena industrinya juga dikuasai oleh mereka, jadi kita hanya bisa menjadi follower. Saat ini perlu digalakkan pemakaian CNG untuk kendaraan umum (taksi/mikrolet), terutama dimulai dikota-kota besar. Kebijakan ini harus merupakan program terintegrasi dengan penyediaan convertion kit yang mudah dan murah (dibebaskan dari bea masuk dan PPN), pembangunan SPBU untuk CNG. Sedang bagi kendaraan pribadi diberikan pilihan untuk memakai BBM, solar, CNG, biodiesel, atau gasohol (10% ethanol). Dorongan untuk memakai CNG dapat dilakukan melalui kebijakan harga dan penerapan uji emisi yang ketat. Sedangkan alternatif pemakaian bio-diesel dan gasohol, dapat dilaksanakan dengan menerapkan insentif pajak, yang berarti harga yang kompetitif.

Sedangkan untuk bis kota ada beberapa teknologi yang dapat dipertimbangkan, yang dikaitkan juga dengan pengurangan polusi udara diperkotaan.
1) Pemakain CNG seperti halnya taksi, hal ini hanya dapat diberlakukan pada kendaraan baru.
2) Pemakaian bio-diesel yang dapat segera dilakukan. Tergantung dari sejauh mana produksi bio-diesel dapat mencukupinya. Siapa yang akan mendistribusikannya? Apa Pertamina tetap memonopoli?
3) Trolley bus yang memanfaatkan bis dengan tenaga listrik (mirip dengan KRL atau trem listrik).
Misalnya di DKI Jakarta, bisa segera diterapkan pada proyek busway (pernah tercetus untuk diterapkan CNG pada busway tahap II). Mudah-mudahan gubernur DKI ngotot mengenai keharusan pemakaian CNG ini.
Lain halnya dengan kereta api. Perkembangan teknologi kereta api sekarang ini telah menggunakan tenaga listrik. Pemanfaatan kereta api ataupun lokomotif listrik telah menyebar luas. Kereta api cepat di Eropa, Jepang, dan negara-negara lain sudah lama memanfaatkan teknologi ini. Malahan teknologi modern seperti maglev (magnetic elevated) sudah mulai dimanfaatkan di Cina dan Korea. Pernah juga teknologi maglev ini didiskusikan untuk proyek Monorail di Jakarta. Untuk mengurangi ketergantungan akan BBM ini (hampir semua lokomotif di Indonesia memakai mesin diesel), pemerintah perlu mempunyai strategi yang tepat. Jangan hanya terpaku pada pembangunan rel ganda. Tetapi mempercepat elektrifikasi kereta api. Misalnya perencanaan perkereta apian di Sumatera Selatan, sebagai lumbung energi, sudah harus mengarah ke elektrifikasi kereta api. Sungguh ironis, misalnya, angkutan batubara di Sumatera Selatan mempergunakan lokomotif diesel.

Dengan pemikiran pemakaian BBM secara hemat dan penguasaan teknologi, maka pemerintah harus mencipakan kebijakan dan strateginya yang jelas. Dan harus dipertahankan untuk jangka waktu yang panjang. Kebijakan ini harus disusun bersama, dengan mengikut sertakan semua stakeholder.

Oleh: Rahardi Ramelan
Guru Besar Fakultas Teknologi Industri ITS, Surabaya