Selasa, 29 Desember 2009

Kerja Keras Adalah Energi Kita

Pertamina kini mau menerima kritik dan saran secara terbuka melalui dunia maya. Dan memang kita semua memerlukan Kerja Keras pantang menyerah untuk menuju jalan yang lebih baik, begitu juga PTPertamina memerlukan usaha yang lebih keras untuk menemukan energi baru bagi kita semua berupa cadangan minyak dan gas baru yang perlu di eksplorasi dan di eksploitasi untuk mendapatkan devisa negara dan memenuhi kebutuhan energi nasional, dan juga memerlukan kerja keras untuk menjadi perusahaan minyak ternama di dunia

Seperti yang kita ketahui bahwa Pertamina merupakan property negara yang sangat berarti dengan asset menurut situs pertamina adalah Rp 140 trilliun dan telah berdiri sejak 50 tahun silam.

Tapi seringkali perusahaan ini kita bandingkan dengan perusahaan nasional tetangga sebelah, yakni Petronas Malaysia yang sekarang melejit jauh menjadi perusahaan minyak yang cukup disegani oleh dunia. Dan juga tertinggal beberapa langkah dengan perusahaan minyak swasta nasional seperti Medco yang telah merambah banyak wilayah diluar Indonesia. Tak salah melalui dunia maya kemudian dikumandangkan Kerja Keras adalah Energi Kita untuk menerima kritik terbuka sebagai penyemangat mengejar ketertinggalan.

Dulu Pertamina adalah guru perminyakan perusahaan Negeri Jiran ini disekitar tahun 1970an, tapi apa yang terjadi saat ini?Kenyataanya seorang murid ternyata bisa jauh lebih berhasil dari sang guru. Bila kita bandingkan, Petronas notabene hanyalah perusahaan minyak di negara dengan dengan luas yang lebih kecil dari Indonesia dan begitu pula kandungan minyak gas yang dipunyainya. Dengan cerdas dia mengepakkan sayap memperluas jangkauan sedikit demi sedikit, berbenah diri baik diluar maupun didalam tubuh organisasi, dan kelamaan menjadi gurita didunia perminyakan dengan asset perkali lipat dari sang guru. Apakah sang guru akan menyerah begitu saja? Jawabannya tentulah tidak, dengan berbekal pengalaman dan sumber daya yang ada, sang guru akan bangkit untuk membentangkan sayap dengan semangat Kerja Keras Adalah Energi Kita untuk menapak hari esok yang lebih baik.

Selasa, 15 Desember 2009

Solar Cell, Energi Masa Depan Ramah Lingkungan

Energi adalah satu kata yang mempunyai makna sangat luas karena tidak ada aktivitas di alam raya ini yang bergerak tanpa $(BEF (Bnergi $(B!& (B dan itulah sebabnya kata salah seorang professor di Jepang bahwa hampir semua perselisihan di dunia ini, berpangkal pada perebutan sumber energi.

Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi dua bagian yaitu non-renewable energy dan renewable energy. Sumber energi fosil adalah termasuk kelompok yang pertama yang sebagaian besar aktivitas di dunia ini menggunakan energi konvensional ini.


Sekitar tahun delapan puluhan ketika para ahli di Indonesia menawarkan sumber energi alternatif yang banyak digunakan di negara maju yaitu nuklir, banyak terjadi pertentangan dan perdebatan yang cukup panjang sehingga mengkandaskan rencana penggunaan sumber energi yang dinilai sangat membahayakan itu. Diantara usulan yang banyak dilontarkan kala itu adalah mengapa kita tidak menggunakan sumber energi surya. Memang tidak diragukan lagi bahwa solar cell adalah salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan sangat menjanjikan pada masa yang akan datang, karena tidak ada polusi yang dihasilkan selama proses konversi energi, dan lagi sumber energinya banyak tersedia di alam, yaitu sinar matahari, terlebih di negeri tropis semacam Indonesia yang menerima sinar matahari sepanjang tahun.

Permasalahan mendasar dalam teknologi solar cell adalah efisiensi yang sangat rendah dalam merubah energi surya menjadi energi listrik, yang sampai saat ini efisiensi tertinggi yang bisa dicapai tidak lebih dari 20 persen, itupun dalam skala laboratorium

Untuk itu di negara-negara maju, penelitian tentang solar cell ini mendapatkan perhatian yang sangat besar, terlebih dengan isu bersih lingkungan yang marak digembar gemborkan.

Dari cahaya menjadi Listrik

Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran electron, nah aliran electron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik.

Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber (penyerap), meskipun demikian, masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang elektromagnetik yang secara spektrum dapat dilihat pada gambar 2. Oleh karena itu absorber disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya matahari.

Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber), akan diserap, dipantulkan atau dilewatkan begitu saja (lihat gambar 3), dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan membebaskan electron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi tersebut disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan electron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik. Untuk membebaskan electron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc) harus sedikit lebih besar/diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar sel. Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur bahan yang dipergunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor yang dipergunakan.

Tentu saja agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal dari sinar matahari harus bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan remombinasi serta memperbesar konduktivitas dari bahannya. Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya, maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi sangat bermacam-macam tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti adalah CuInSe2 yang dikenal merupakan salah satu dari direct semiconductor. Dari begitu banyak keuntungan solar cell seperti telah diuraikan diatas ternyata tidak polemik tidak kemudian berhenti begitu saja, masih ada yang mengatakan memang benar solar cell ketika melakukan proses perubahan energi tidak ada polusi yang dihasilkan, tetapi sudahkah kita menghitung berapa besar polusi yang telah dihasilkan dalam proses pembuatannya, dibandingkan kecilnya efisiensi yang dihasilkan. Nah tantangannya disini adalah memang bagaimana untuk menaikkan efisiensi, yang tentunya akan berdampak kepada nilai ekonomisnya.

Rusminto Tjatur WIDODO

Senin, 14 Desember 2009

Pemanfaatan Energi Pasang Surut

Pasang surut adalah perubahan atau perbedaan permukaan air laut sepanjang waktu yang diakibatkan karena gaya gravitasi (gaya tarik) bulan dan matahari serta karena gerakan revolusi bumi. Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam 1) 5) .

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan. Dua lautan besar yakni Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik dan posisinya yang berada di garis katulistiwa menyebabkan kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Gambar 1 memperlihatkan peta pasang surut wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak beberapa wilayah lepas laut pesisir Indonesia yang prospek memiliki pasang surut cukup tinggi antara lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul).

Perubahan pasang surut permukaan air laut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Sumber energi pasang surut bersifat bukan saja dapat diperbaharui ( renewable ) tetapi juga tidak menghasilkan polusi ( environmentaly friendly ) sebagaimana energi air ( hydro ). Mengingat sumberdaya energi hidrokarbon Indonesia akan terus menyurut dan bahkan habis di suatu saat, perlu sejak dini dilakukan eksplorasi dan pengkajian pemanfaatan energi pasang surut mengingat posisi negara Indonesia yang dikelilingi lautan dengan potensi energi pasang surut cukup besar.

KESIMPULAN

Dari hasil kajian pemanfaatan energi pasang surut menggunakan model waduk penampung air dapat disimpulkan beberapa hal sbb:

1. Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah katulistiwa yang dikelilingi oleh sejumlah lautan dengan potensi sumberdaya energi kelautan cukup besar termasuk di antaranya energi pasang surut.

2. Energi pasang surut dapat dimanfaatkan dengan membangun bangunan waduk dengan kanal outlet/inlet yang dilengkapi dengan turbin dan generator pembangkit listrik. Waduk dikosongkan atau diisi dalam waktu satu atau kurang dari satu jam untuk mengantisipasi usainya saat puncak pasang atau puncak surut.

3. Kapasitas daya ( Power ) (P) [kW] pembangkit listrik yang dapat dibangkitkan dari model tersebut ditentukan oleh luas area kanal pembuangan (oiulet/inlet), bukan pada volume waduk. Sedangkan besarnya (akumulasi) energi (P acc )[kWh] tergantung pada volume waduk, dan tidak pada luas kanal outlet/inlet.

4. Pada prinsipnya semakin besar luas/area kanal outlet/inlet semakin cepat air dalam waduk terkuras atau terisi. Tetapi dalam hal ini besaran P acc –lah yang sesungguhnya menentukan jumlah energi yang dapat diproduksikan.

5. Untuk merancang ukuran waduk faktor yang harus diperhatikan adalah kedua parameter luas/area kanal outlet/inlet (A) dan volume air dalam waduk yang bila digunakan ketinggian konstan menjadi faktor luas area waduk (B).

6. Untuk mendapatkan desain yang optimum faktor yang diperhatikan adalah luas/area kanal outlet/inlet (A) demikian rupa sehingga pengosongan atau pengisian waduk dapat dilakukan dalam waktu sama dengan atau kurang dari satu jam.

Sebagai negara yang memiliki potensi sumberdaya energi pasang surut, di Indonesia perlu terus dilakukan pengkajian terhadap potensi pemanfaatan sde pasang surut mengingat semakin langkanya sde fosil (terutama minyak dan gas bumi). Selain itu seperti jenis energi hidro, energi pasang surut dikenal sebagai jenis energi yang ramah lingkungan ( environmentally friendly ) karena tidak menimbulkan polusi gas rumah kaca yang signifikan.

Minggu, 13 Desember 2009

Indonesia Pengalaman 30 Tahun Operasikan Reaktor Nuklir

Perkembangan teknologi nuklir untuk PLTN saat telah berkembang. Aspek keamanan pengoperasian mendapat perhatian ketat. 'Berbeda dengan pemakaian bahan bakar lain, pengoperasian PLTN dengan bahan bakar uranium mendapat pengawasan ketat dari IAEA.

Pembangunan PLTN di Indonesia merupakan pilihan yang tidak bisa dielakkan. Terutama untuk menjawab tantangan permintaan kebutuhan listrik yang terus meningkat. Selain itu juga untuk mensejajarkan penguasaan teknologi nuklir dengan bangsa lain. 'Malaysia dan Thailand juga sudah siap membangun PLTN.

Berdasarkan kajian tim teknis yang terdiri dari DESDM, Bappeten, Batan dan PLN terdapat 14 lokasi yang layak sebagai lokasi PLTN. 'Secara kegeologian Muria memang sangat cocok. Namun pemerintah hingga saat ini belum menentukan lokasi pembangunan PLTN.

Selain Muria, Pulau Kalimantan juga merupakan lokasi yang layak bagi pembangunan PLTN. Namun karena kebutuhan listrik lebih mendesak di P. Jawa, jika pembangunan pembangunan pembangkit di lakukan di Kalimantan, pendistribusian listrik mejadi tidak efisien. Pemerintah Indonesia sudah melakukan studi dan kajian pembangunan PLTN dengan pihak Jepang untuk di Muria. Sedang dengan Korea Selatan di lokasi selain Muria.

Pada pembangunan PLTN, setiap unit memiliki kapasitas maksimum 4000 MW. Oleh sebab itu mengingat kebutuhan permintaan listrik yang besar maka di pulau Jawa perlu dibangun di lebih satu lokasi PLTN. Hanya saja saat ini masih terus dilakukan kajian baik aspek teknis maupun non teknisnya.

260108

Sabtu, 12 Desember 2009

Iran impor minyak Venezuela

Venezuela telah sepakat mengekspor minyaknya ke Iran, sebuah langkah yang dibaca sebagai tanda kedekatan kedua negara musuh AS tersebut.

Pada akhir kunjungannya selama dua hari ke Iran, Presiden Hugo Chavez mengatakan Venezuela akan memasok 20.000 barel minyak per hari ke Iran.

Iran adalah negara pengekspor minyak besar namun kurang kemampuan dalam negerinya menyuling minyak mentah.

Pemimpin Iran menyatakan dukungan terhadap kebijakan anti AS yang diambil oleh pemimpin sosialis Venezuela itu.

Chavez menggunakan kemakmuran minyak Venezuela sebagai alat melawan pengaruh AS di kawasan Amerika Latin dan untuk mendongkrak hubungan dengan sejumlah negara yang tidak dekat dengan Washington.

"Venezuela sepakat mengekspor 20.000 barel minyak tiap hari ke Iran sejak Oktober dalam transaksi senilai $800 juta dollar," kata Chavez seperti dikutip oleh media Iran.

Dia menambahkan: "Jumlah ini akan disimpan dalam sebuah rekening yang dibuat di Iran dan akan digunakan untuk mendanai pembelian mesin dan teknologi dari Iran."

Dalam kunjungannya ke Iran, Chavez bertemu dengan pemimpin tertinggi IranAyatollah Ali Khamenei, yang mendukung sikap anti AS.

"Berbagai kekalahan AS dan berkurangnya pengaruhnya merupakan bukti bahwa ada pergeseran di dunia ini," demikian ayatollah Khamanei dikutip media resmi negara itu.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad juga menekankan bahwa kebijakan AS di Amerika Selatan "pasti kalah".

"Saya yakin Amerika Selatan kini tengah menjalani revolusi politis dan filosofis."

"Bangsa-bangsa disana sudah sadar dan tidak bisa lagi ditekan dan kalau ada yang masih yakin bahwa sikap mereka ini bisa ditekan dengan jalan kekuatan militer mara mereka salah sama sekali," demikian media lokal mengutip pernyataannya, menurut kantor berita AFP.

Iran mendapat lebih banyak tekanan untuk menyudahi ambisi nuklirnya, dimana Presiden AS Barack Obama membuat tenggat waktu sakhir bulan ini agar Iran bersedia berunding atau menghadapi sanksi.

Pihak Barat mencurigai Iran secara rahasia mengembangkan senjata nuklirnya, sementara Teheran menegaskan programnya sepenuhnya utnuk tujuan damai.

Jumat, 11 Desember 2009

Nigeria Contoh Model Pengurangan Subsidi di Indonesia

Pemerintah Nigeria tengah mempersiapkan perubahan subsidi harga menjadi subsidi langsung untuk diterapkan di negara mereka dengan mengadopsi model pengalihan subsidi di Indonesia.

Salah satunya adalah program konversi minyak tanah ke elpiji yang ditujukan untuk mengurangi subsidi minyak tanah yang selama ini menyedot subsidi terbesar.

“Konversi minyak tanah ke elpiji yang telah dua tahun diterapkan di Indonesia akan menjadi model pengurangan subsidi energi di Nigeria,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro usai Apel Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-64 di Gedung Departemen ESDM Jakarta, Senin (28/9).

Pemerintah Nigeria, lanjut Menteri, sudah meminta untuk mempelajari skema konversi minyak tanah ke elpiji. Mereka ingin berlajar ke Indonesia mengenai penggantian minyak tanah dengan elpiji.

Menteri ESDM menjelaskan, wacana penghapusan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) bukan berarti serta merta menghilangkan subsidi, tetapi pemerintah berusaha mengubah paradigma subsidi dari subsidi harga ke subsidi langsung.

“Dengan pengalihan dari subsidi harga ke subsidi langsung, uang negara akan dikembalikan langsung kepada masyarakat yang membutuhkan melalui raskin, BLT, dana pendidikan, atau dana kesehatan,” imbuh Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.

Kamis, 10 Desember 2009

Konsumsi Gas Alam Dunia

Gas alam dewasa ini telah menjadi sumber energi alternatif yang banyak digunakan oleh masyarakat dunia untuk berbagai keperluan, baik untuk perumahan, komersial maupun industri. Dari tahun ke tahun penggunaan gas alam selalu meningkat. Hal ini karena banyaknya keuntungan yang didapat dari penggunaan gas alam dibanding dengan sumber energi lain. Energi yang dihasilkan gas alam lebih efisien. Tidak seperti halnya dengan minyak bumi dan batu bara, penggunaannya jauh lebih bersih dan sangat ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan. Disamping itu, gas alam juga mempunyai beberapa keunggulan lain, seperti tidak berwarna, tidak berbau, tidak korosif dan tidak beracun.

Apabila kita lihat pertumbuhan konsumsi gas alam dunia dalam 20 (dua puluh) tahun ke depan berdasarkan data dan proyeksi dari Energy Information Administration (USA) dalam International Energy Outlook tahun 2002, maka proyeksi konsumsi gas alam dunia akan mencapai 162 trilliun cubic feet (TCF) pada tahun 2020. Jumlah ini merupakan 2 (dua) kali konsumsi pada tahun 1999 yang sebesar 84 TCF. Kalau pada tahun 1999 pangsa pasar gas alam dibandingkan sumber energi lain adalah 23%, maka pada tahun 2020 diproyeksikan akan naik menjadi 28%.

Cadangan Gas Alam Dunia

Berdasarkan data dari Natural Gas Fundamentals, Institut Francais Du Petrole pada tahun 2002, cadangan terbukti (proved reserves) gas alam dunia ada sekitar 157.703 109 m3 atau 142 Gtoe (1000 m3 = 0,9 toe). Jumlah cadangan ini jika dengan tingkat konsumsi sekarang akan dapat bertahan sampai lebih dari 60 tahun. Apabila kita bandingkan dengan cadangan minyak dunia, maka berdasarkan tingkat konsumsi sekarang, minyak bumi hanya akan dapat bertahan sampai 40 tahun ke depan saja. Namun demikian, penemuan baru cadangan gas alam umumnya lebih cepat daripada tingkat konsumsinya. Pada tahun 1970, cadangan terbukti gas alam dunia hanya sekitar 35 Gtoe. Dengan asumsi konsumsi sebesar 47 Gtoe, berarti selama 30 tahun terakhir tambahan cadangan gas alam adalah sebesar 154 Gtoe.

Dengan menggunakan metode estimasi yang konvensional, total sumber gas alam dunia dapat mencapai 450 gtoe, sedangkan apabila estimasi berdasarkan unconventional yang tingkat ketidakpastiannya lebih tinggi maka sumber gas alam dapat mencapai 650 gtoe. Cadangan gas alam tersebar di seluruh benua, dengan cadangan terbukti (proved reserves) terbesar berada pada negara-negara pecahan Uni Soviet dan Timur Tengah.

Rabu, 09 Desember 2009

Bisnis Gas Perlu di Gas

Tahun 2000 sempat terwacanakan, organisasi bisnis Pertamina dibagi tiga besar : hulu - hilir - gas. Berbagai wacana format organisasi yang muncul kemudian tetap menempatkan bisnis gas sebagai bisnis penting masa depan. Gas adalah lahan bisnis prospektif ketika minyak bumi semakin kerontang cadangannya. Dengan begitu banyaknya tantangan dan peluang, bisnis gas memang perlu digas lebih kencang. Bagaimana dengan langkah Pertagas? Kita lihat, kita tunggu, kita gas!

Bisnis transportasi gas siap dijalankan Pertagas. Juga niaga gas dannprocessing gas menjadi bidang bisnis lain perusahaan baru ini. Ke depannya, Pertagas akan menjalankan bisnis distribusi gas skala makro, mengoperasikan LNG Receiving Terminal dan Power Plant. Anak perusahaan sektor hulu yang baru berdiri 23 Februari 2007 itu jelas terbilang "anak kemarin sore." Tapi kalau ditanya pengalaman sudah 30 tahun! Kok, bisa?

Pertagas adalah penjelmaan lebih lanjut dari Divisi Gas Direktorat Hulu Pertamina. Jadi, kalau ditanya engalaman mengoperasikan transportasi gas dari sumber gas di Pertamina EP, Pertamina Hulu Energi, dan Pertamina EP Cepu hingga gas itu masuk ke pabrik- pabrik atau industri pelanggan Pertamina, maka orang-orang Pertagas boleh dibilang sudah berpengalaman. Tetapi kalau dalam skala bisnis, bagaimana mengelola transportasi gas dengan profesionalisme bisnis, Pertagas tetap terbilang baru. STRATEGIS & SEGUDANG "PR" Mendirikan Pertagas adalah langkah strategis yang ditempuh Pertamina. Bayangkan, transportasi gas yang selama ini tidak bisa sepenuhnya mengambil keuntungan, bisa total berbisnis setelah dikelola perusahaan yang khusus bergerak di hilir.

Ketika ditangani Pertamina EP, anak perusahaan hulu yang satu ini tidak bisa mengamil keuntungan saat jalur pipa Pertamina dipakai perusahaan lain. Sebatas bayar biaya saja, tidak ada margin. Karena Pertamina EP sebagai perusahaan di hulu - merujuk UU No. 22 Tahun 2001 - tidak boleh bergiat komersial di hilir. Sedangkan kegiatan transportasi gas nyata-nyata sebagai bagian dari kegiatan bisnis hilir.

Oleh karenanya, Pertamina mendirikan perusahaan khusus hilir dalam mengelola transportasi gas bernama Pertagas, maka berdasarkan UU Migas hak berbisnis pun diperoleh. Tetapi langkah itu belum tuntas. Aset yang dioperasikan Pertagas masih berstatus milik PT Pertamina (Persero). Akibatnya, Pertagas tidak bisa memasukkan transaksi yang ada ke dalam pembukuannya sendiri. "Penghasilan Pertagas saat ini boleh dibilang nol. Sementara pengeluaran terus berjalan," jelas Dirut Pertagas Dadang Subiantara.

Masalah status aset adalah salah satu permasalahan yang langsung dihadapi Pertagas begitu perusahaan ini didirikan awal tahun lalu. Diakui oleh Direksi Pertagas, selama 30 tahun usia jaringan pipa, langkah pemeliharaan tidaklah maksimal, karena saat itu dianggap bukan sebagai prioritas. Dalam skala bisnis sekarang di bawah Pertagas, trasportasi gas tak sebatas "asal gas mengalir selamat sampai tujuan." Tidak sebatas itu.

Kapasitas pipa gas, kualitas aliran, dan pengelolaan infrastruktur strategis itu dari hari ke hari, semua harus lebih dicermati dan profesional. Bahkan bagaimana perusahaan memenangkan setiap tender proyek pembangunan jaringan pipa yang digelar BPH Migas, lewat Pertagas ini Pertamina akan lebih fokus. Pengembangan bisnis yang mengandalkan bentangan jaringan pipa ini juga mesti dipikirkan dan dilakukan. Direktur Utama Pertagas Dadang Subiantara memang bilang perusahaan sejenis seperti Perusahaan Gas Negara (PGN) bukan sebagai pesaing, melainkan sebagai mitra yang harus berjalan sinergi dengan Pertagas. Tetapi Dadang dan kawankawan tetap tak boleh melupakan bahwa bagaimana Pertagas bisa memenangkan tender pembangunan jaringan pipa yang digelar BPH Migas, misalnya, dan karenanya bersaing dengan PGN, Rekayasa Industri, atau grup Bakrie, maka di situlah Pertagas harus memiliki daya saing.

"Lengkaplah persoalan Pertagas," cetus Gusti Azis Azis, Direktur Operasi Pertagas dalam perbicangan dengan WeP eP ePe dalam kesempatan berbeda. Dalam wawancara Senin, 14 Januari 2008 lalu, Gusti Azis menjelaskan sejumlah persoalan yang harus segera diselesaikan Pertagas. Salah satu di antaranya adalah kebelumpastian status aset yang sekarang dioperasikan Pertagas.

Lalu masalah kekurangan jumlah SDM yang berkompetensi, sehingga Pertagas sampai memperpanjang masa kerja beberapa ahli pipanya yang sudah masuk masa pensiun. Mengenai usia uzur jaringan pipa Gusti Azis sebagai Direktur Operasi, paling mengkhawatirkan kondisi pipa terakhir ini. Selain sepuh dimakan usia, di atas sepanjang jalur pipa itu tumbuh bangunan-bangunan penduduk. Di sini sebagaimana diakui oleh Sekretaris Perusahaan Rony ony Gunawan kepada WePe Kamis (17/1) masalah sertifikat tanah di mana jaringan pipa dibenamkan termasuk yang harus segera ditertibkan. "Bagaimana kalau sertifikat tanah Pertamina sulit ditunjukkan, sementara penduduk sudah memiliki sertifikat, secara hukum Pertamina bisa kalah," katanya serius.

Dari hasil mapping yang dilakukan Pertagas belum lama ini, terhitung aset yang siap diurus Pertagas tak kurang tak lebih sebesar Rp 4,5 triliun. Gas yang mengalir yang harus diurus sekitar 1.300 juta kaki kubik per hari atau senilai 4 juta dolar setiap harinya.

"Kita hanya bisa berdoa semoga jaringan pipa kita tidak terjadi apa-apa," bisik Gusti Azis.


PEMELIHARAAN PENTING & PERLU

Gusti Azis pantas khawatir. Kasus ledakan pipa gas bukan cerita baru. Ketika WeP e menjelajahi website, berita-berita mengenai peristiwa ledakan pipa gas ternyata sangat banyak. Terutama di Rusia yang katanya jago di bidang pipa gas.

Biar bisa menyelami rasa khawatir temanteman di Pertagas, boleh disimak beberapa contoh berita yang mewartakan insiden di tempat dan waktu berbeda.

Belum lama ini http://www. mediaindo.co.id memberitakan sebuah ledakan di Ukraina yang menghentikan layanan salah satu jaringan pipa utama untuk mengeskspor gas alam Rusia ke Uni eropa (UE). Berita itu disampaikan televisi Vesti Rusia. Ledakan tersebut diberitakan memutuskan jaringan pipa yang mengalirkan gas Siberia melalui Ukraina ke Jerman dan konsumen UE lainnya. Terpaksa operator menghentikan sementara aliran di jalur itu. Jalur pipa itu sebelumnya mengalami kecelakaan serupa pada awal tahun 2007, ketika sebuah ledakan merobek sebagian pipa dan membutuhkan waktu 10 hari untuk memperbaiki kerusakaan itu.

Berita lain lagi, terjadi ledakan dan kebakaran melanda pipa saluran utama gas di bagian barat daya Rusia. Juga dikabarkan ledakan di jalur gas yang menyuplai negeri tetangga Rusia, Georgia. Tak hanya Georgia yang terkena dampak, aliran gas ke Armenia pun putus.

Mengenai kasus di Georgia, Presiden Georgia Mikhail Saakasvili - seperti diberitakan Metronews.com, menengarai ada sabotase di balik peristiwa itu. Wallahu a'lam. Ada lagi berita dari VoaNews.com perusahaan gas negara (lagi-lagi) Rusia, Gazprom, sempat menghentikan suplai gas ke Ukraina karena negeri itu konon menolak untuk menerima tuntutan Rusia untuk meningkatan harga empat kali lipat. Tindakan itu menyebabkan kekurangan gas di Eropa yang memang sangat tergantung pada gas Rusia. Website Suara Merdeka juga sempat memberitakan kabar dari New York. Disebutkan, pipa gas di bawah tanah kawasan Manhattan, New York, meledak. Ledakan pipa tua berusia 83 tahun itu mengeluarkan suara menggelegar, disusul dengan semburan uap dan lumpur serta gedung-gedung bergetar.

Atau berita di negeri kita. Buntut dari semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas, pipa Pertamina sempat meledak. Pergerakan tanah terus membuat posisi pipa tertekan ke arah jalan tol. Karena pipa tidak didesain untuk lentur melengkung menahan tekanan, pipa itu akhirnya pecah dan menimbulkan ledakan dahsyat disertai semburan api.

Saat itu Kepala Divisi Hupmas Toharso membantah kalau insiden itu sebagai akibat kelalaian Pertamina. Pertamina jauh-jauh hari meminta Timnas penanggulangan kasus lumpur lapindo untuk memindahkan pipa tersebut karena membahayakan. "Memang milik Pertamina, tapi itu sudah bukan masalah Pertamina lagi," katanya waktu itu.

Pertagas sebagai perusahaan yang mengurusi transportasi gas, memang dituntut untuk selalu mewaspadai kejadian-kejadian seperti itu. Kuncinya adalah pemeliharaan yang berkala dan maksimal.
GAS ADALAH PILIHAN

Memanfaatkan gas alam atau gas bumi pada saat ini dan beberapa puluh tahun ke depan adalah solusi strategis. Cadangan gas alam Indonesia nomor delapan di dunia. Hanya Rusia, AS, Timur Tengah, dan Venezuela yang mengalahkan kekayaan gas Indonesia.

Tahun 2003 Pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN). Intinya, menghapus ketergantungan konsumsi energi bangsa kita dari minyak bumi ke energi alternatif. Banyak jenis energi yang disebutkan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006. Jadi, Perpres itu semangatnya adalah mengatur bagaimana peranan masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional. Minyak bumi hendak digantikan secara perlahan hingga tahun 2025. Konsumsi minyak bumi, misalnya, pada tahun itu hanya cukup berperan sebesar 20 persen saja. Padahal sekarang, minyak bumi sangat dominan.

Kondisi ketergantungan pada minyak bumi tak bisa dibiarkan terus-terusan, karena peningkatan konsumsi energi jenis ini sangat mencengangkan. Bayangkan, tahun 1970 konsumsi energi primer hanya sebesar 50 juta SBM (Setara Barel Minyak). Tahun 2001 kebutuhan itu sudah menembus angka 715 SBM, pertumbuhan 1.330 persen! Ke depannya?

Kalau tidak dibendung, banyak yang memprediksi bisa-bisa Indonesia sepenuhnya mengimpor BBM atau crude untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Karena ada trend menurunnya tingkat produksi minyak mentah di satu sisi dan semakin meroketnya tingkat konsumsi. Gas bumi menurut KEN harus berperan hingga 30 persen dari keseluruhan kebutuhan energi nasional. Selain gas bumi, batu bara lebih besar lagi, 33 persen! Sementara biofuel dan panasbumi masing-masing diberi peran konsumsi 5 persen. Termasuk juga energi baru dan terbarukan lain juga 5 persen. Persentase ini untuk biomasa, nuklir, tenaga air skala kecil, tenaga surya, dan tenaga angin.

Sementara bahan bakar lain yang berasal dari pencairan batu bara menjadi lebih dari 2 persen. Fakta sekarang, banyak kalangan yang mulai beralih dari BBM ke jenis energi lain. Kalangan industri pun sekarang sudah mulai beralih sedikit demi sedikit meninggalkan BBM sebagai bahan bakarnya. Contoh PLN semakin mengurangi konsumsi BBM-nya. Gas alam atau batubara memang menjadi pilihan utama.

Pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang menggunakan solar, harga listrik mencapai Rp 500 per KWh. Sementara menggunakan batubara biayanya hanya sekitar Rp 50 per KWh. Konsumsi LPG dan gas bumi atau gas alam di sektor industri selama 1990 - 2000 saja, misalnya, mengalami peningkatan yang cukup besar. Rata-rata pertumbuhan pemakaian LPG dan gas alam masing-masing 11,8 persen dan 4,7 persen per tahun dalam periode tersebut.

Konsumen gas alam di dalam negeri terdiri atas kalangan rumah tangga yang memakai LPG atau gas kota yang dialirkan melalui jaringan pipa, kendaraan bermotor dengan BBG, dan industri dengan gelontoran gas melalui pipa. Jangan bandingkan tingkat kecepatan pertumbuhan konsumsi gas alam dengan energi minyak bumi. Tetapi pelan-pelan banyak kalangan yang beralih ke batubara dan gas alam.

Terlepas dari begitu lambatnya pertumbuhan pemakaian gas alam dalam peta konsumsi energi di Indonesia, sejumlah industri lebih sudi memakai gas alam ketimbang minyak bumi. Paling tidak, Pertamina sendiri memiliki tak kurang dari 60 pelanggan pabrik-pabrik yang mengonsumsi gas alam hingga 1.300 juta kaki kubik per hari. Atau senilai 4 juta dolar AS per hari. Pada posisi ini Pertagas kita harapkan: baik sebagai transporter maupun sebagai trader.
PERTAGAS DI PETA INDONESIA

Pertagas membulatkan tekad menjadi perusahaan gas terintegrasi kelas dunia tahun 2014. Ada tiga tahap sebelum mencapai itu. Tahun 2008 target Pertagas adalah menjadi perusahaan gas terpandang dan menguntungkan. Tahun 2011 Pertagas harus muncul sebagai perusahaan gas regional papan atas. Dan pada tahun 2014 itulah target teratas sebagai pemain bisnis gas kelas dunia harus tercapai. Menelurusi bisnis gas alam tidak lepas dari kategori pemanfaatan gas alam itu sendiri.

Gas alam banyak dipakai sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga gas/uap; bahan bakar industri ringan, menengah, dan berat. Juga untuk transportasi dalam bentuk BBG atau NGV. Masih sebagai bahan bakar, gas alam sebagai gas kota diperlukan untuk kebutuhan rumah tangga hotel, restoran, dan sebagainya. Pemanfaatan kedua, gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, dan bahan plastik. C3 dan C4-nya gas alam dipakai untuk produksi LPG. Lalu CO2-nya untuk soft drink, dry ice, pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan pemadam api ringan.

Pemanfaatan gas ketiga, gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yaitu LNG. Dari ketiga cara pemanfaatan itu Pertamina sebagian besar sudah menggarapnya, walaupun tidak ditangani satu fungsi atau anak perusahaan saja. Untuk pemanfaatan jenis pemakaian gas alam sebagai bahan bakar, Pertagas masuk ke pengelolaan Power Plant dan menyuplai kebutuhan bahan bakar gas oleh kalangan industri. Untuk kebutuhan transportasi, yaitu BBG, konsentrasi Pertamina memang harus lebih ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang.

Walaupun permasalahan bisnis BBG terbentur berbagai kendala yang menyebabkan bisnis komoditas ini tersendat-sendat. Iklim eksternal, misalnya, belum terlalu kondusif untuk berkembangnya bisnis BBG. Gas kota kini identik dengan bisnis inti PGN. Pertagas sendiri sebagai transporter, sejak awal, menyatakan tidak akan terjun di bisnis gas kota.Ceruk pasarnya belum terlalu besar dibandingkan dengan mahalnya membangun infrastuktur jaringan gas ke wilayah perkotaan.

Pemanfaatan gas alam sebagai bahan baku, sebagian sudah dilakukan oleh beberapa Unit Pengolahan. Bidang ini Pertamina cukup agresif, karena bisnis produk-produk petrokimia adalah lahan bisnis yang lebih cerah. Untuk jenis pemanfaatan gas alam untuk bahan baku Pertagas tertarik juga. Itulah bidang usaha ketiga Pertagas dalam processing gas, yaitu mengekstrak gas alam menjadi LPG dan produk-produk turunan lain dari gas alam. Tetapi Pertagas tidak berniat menjadi penjual LPG. "Sisi penjualan-nya kita serahkan kepada Unit Pemasaran. Kita cuma punya pabriknya saja," tegas Dirut Pertagas.

Pertamina menugaskan Divisi Gas Domestik untuk memasarkan LPG. Termasuk mendukung program konversi minyak tanah ke LPG yang sekarang sedang digenjot keras oleh Pemerintah. Sementara itu pemanfaatan gas alam untuk ekspor, melalui PT Badak dan PT Arun Pertamina bergerak untuk menjual gas dalam bentuk LNG ke konsumen tradisional Jepang, Korsel, dan Taiwan, dan belakangan ke China. Apakah nanti penjualan gas alam dalam bentuk LNG ke berbagai negeri akan ditangani satu anak perusahaan sendiri,wallahu a'lam. Kalaupun Pertagas sekarang ini sedang membangunLNG Receiving Terminal bekerja sama dengan Kogas, adalah untuk menunjang stok suplai gas alam Pertagas untuk konsumen baru di luar konsumen eksisting saat ini.

Gas yang dialirkan melalui pipa Pertamina ke konsumen kalangan industri baik berasal dari Pertamina EP, Pertamina Hulu Energi, Pertamina EP Cepu, serta anak perusahaan atau perusahaan patungan lain yang bergerak dalam bidang eksplorasi, eksploitasi, dan produksi migas.

Dari sisi sumber penyuplai, Pertamina bukan satu-satunya pemain. Banyak KKKS baik perusahaan swasta nasional maupun perusahaan asing yang bekerja di ladang-ladang migas di Indonesia. Sedangkan untuk transporter dan trader, ada PGN. Dan dalam membangun jaringan pipa, Pertagas masih harus bersaing dengan grup Bakrie, PGN, dan Rekayasa Industri. Fakta sekarang, jaringan pipa di Sumatera, Batam, hingga Singapura telah dikuasai PGN. Sedangkan di Jawa, Pertagas yang memegang. Untuk wilayah Kalimantan masih belum ada jaringan yang dibangun.

Pemanfaatan gas alam memang belum sekencang pemakaian minyak bumi. Tetapi trend pola pemakaian di dunia pun menunjukkan pro energi alternatif. Termasuk di Indonesia. Dalam ensiklopedi di media cyber, Wikipedia, digambarkan Indonesia adalah salah satu negeri terkemuka dalam hal kepemilikan cadangan gas alam. Setelah Rusia, dengan cadangan gas sebesar 1,680 satuan triliun kaki persegi (trillion cu ft disusul berturut-turut Iran (971), Qatar (911), Arab Saudi (241), Uni Emirat Arab (214), Amerika Serikat (193), Nigeria (185), Aljazair (161), Venezuela (151), Irak (112), Indonesi (98), Norwegia (84), Malaysia (75), Turkmenistan (71), Uzbekistan (66), Kazakhtan (65), Belanda (62), Mesir (59), Kanada (57), Kuwait (56).

Itulah daftar 20 besar negara dengan cadangan gas terbesar, total 5,510 trilion cu ft. Indonesa berada di urutan ke-8. Di luar ke-20 negara itu ada 602 trilion cu ft. Kemudian kalau kita lihat lagi dalam daftar 15 ladang gas terbesar, lapangan gas Tangguh angguh angguh, Papua, menempati urutan ke-9. Alhasil, Indonesia memiliki ladang besar dalam peta bisnis gas dunia. Tetapi angka itu terkoreksi angka dari BP Migas yang notabene sebagai lembaga yang lebih mengetahui kondisi migas di Indonesia, Tahun 2006 saja, cadangan gas di Indonesia
menurut BP Migas, telah diketahui sebanyak 197 tcf.

Jadi, betulkah, masih di posisi ke-8? Atau posisinya malah lebih baik lagi?

Tetapi terlepas dari perbedaan angka, bisnis gas alam dengan segala macam bentuk pemanfaatannya adalah peluang bagi Pertamina. Peluang di dalam negeri ataupun di luar negeri. Apakah cukup satu anak perusahaan untuk mengurus lahan bisnis sebesar gas? Bisnis gas memang perlu digas.

Selasa, 08 Desember 2009

Sejarah Singkat Berdirinya Pertamina

1960
BPM di Indonesia dilikuidasi dan sebagai ganti dibentuk PT SHELL INDONESIA. Dengan diundangkannya UU Minyak dan Gas Bumi No. 44 tahun 1960, tanggal 26 Oktober 1960, seluruh pengusahaan minyak di Indonesia dilaksanakan oleh Negara. Permindo mulai dengan organisasi perniagaan sendiri sesuai sifat perusahaan Semi Pemerintah, walaupun administrasi perniagaan masih diatur SHELL.

1961
Pemerintah RI mengambil alih saham SHELL dalam PERMINDO. PERMINDO dilIkuidasi dan dibentuk PN Pertambangan Minyak Indonesia disingkat PERTAMIN. Dengan PP No. 198 tahun 1961 didirikan Perusahaan Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak Nasional, disingkat PN PERMINA dan PT PERMINA dilebur ke dalamnya.

1962
Indonesia bergabung menjadi anggota OPEC

1964
Pemerintah RI/PN PERMINA mengambil alih semua aktivitas NNGPM dengan membeli perusahaan tersebut.

1965
Tanggal 31 Desember 1965 Pemerintah RI membeli PT SHELL INDONESIA dengan harga US$ 110 juta. Unit-unit ex SHELL dimasukkan dalam organisasi PN PERMINA.

1966
Dengan Surat Keputusan Menteri Pertambangan No. 124/M/MIGAS tanggal 24 Maret 1966 organisasi PERMINA dibagi dalam 5 unit Operasi Daerah Produksi dengan kantor pusat di Jakarta.

1967
Konsep Kontrak Production Sharing (KPS) mulai diperkenalkan.

1968
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1968 tanggal 20 Agustus 1968 PN PERMINA dan PN PERTAMIN dilebur menjadi satu Perusahaan Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional, disingkat PN Pertamina.

Sumber: Perkembangan P.N. PERTAMINA Hingga Akhir 1968 , hal 13-17.

Senin, 07 Desember 2009

Kilang Indonesia Sebelum Masa Kemerdakaan

Minyak bumi merupakan satu hal tak bisa dipisahkan dari perjuangan bangsa sebelum & setelah kemerdekaan, kemerdekaan yang berarti penguasaan atas bumi, air, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Perusahaan-perusahaan minyak asing telah berlomba membangun kilang minyak di Indonesia Jauh sebelum Perang Dunia II dan perang kemerdekaan. Mereka membangun kilang di beberapa tempat seperti Cepu, Pangkalan Berandan, Wonokromo, Balikpapan, Sungai Gerong, dan Plaju.

Dibangun pada tahun 1889, kilang Wonokromo merupakan kilang tertua di Indonesia setelah ditemukannya minyak di daerah konsesi Jabakota oleh De Dordtsche Petroleum Maatschappij, dekat Surabaya. Kilang ini merupakan unit distilasi atmosfir

Pada tahun 1891, De Koninklijke membangun Kilang Pangkalan Berandan yang dirancang untuk mengolah crude oil dari Sumatera utara.

Pada tahun 1894 Kilang Cepu dibangun oleh De Dordtsche Petroleum Maatschappij. Mengolah crude lapangan-lapangan sekitar Cepu dengan proses distilasi atmosfir. Kilang ini dibeli oleh BPM pada tahun 1911.

Pada tahun yang sama 1894 Shell Transport and Trading Company sebelum bergabung dalam Royal Dutch Shell membangun kilang Balikpapan, mereka mengolah minyak yang diproduksi lapangan Sanga-sanga.

Pada tahun 1904 BPM mendirikan kilang Plaju dan mulai beroperasi pada tahun yang sama. Dirancang untuk mengolah crude oil dari lapangan sekitar Palembang. Hingga kini kilang Plaju terus dilengkapi.

Mei 1926, Kilang Sungai Gerong yang dibangun oleh Stanvac, mulai beroperasi. Bahan baku kilang ini berasal dari lapangan Benakat, Talang Akar, Lirik, Pendopo, Jirak, dan Selo.

Minggu, 06 Desember 2009

Pulau Tarakan sebagai Ladang Minyak dan Ladang Perang

Januari 1942.
Pemandangan di salah satu lokasi tambang yang dibumihanguskan sendiri oleh Belanda sebelum mereka bertempur dengan Jepang

Motivasi untuk menguasai sumber daya alam di suatu negara atau kawasan lain adalah salah satu penyebab terjadinya perang. Irak yang belum pulih hingga saat ini, adalah salah satu negara yang menjadi korban dari perang yang dirancang AS dengan motivasi terselubung untuk menguasai sumber minyak yang ada di sana.

Sejarah mencatat, perang yang terjadi akibat motivasi seperti ini bukan terjadi dalam era-era sekarang saja. Pada masa Perang Dunia II, Tarakan pun yang sesungguhnya hanyalah sebuah titik kecil dalam Peta Dunia, sempat dua kali dijadikan ladang saling bantai antara aktor besar yang terlibat dalam perang pada masa itu yakni : Jepang, Sekutu (Australia, Belanda dan Amerika Serikat). Dua kali pertempuran besar terjadi di Tarakan. Pertama, antara tentara Jepang melawan pasukan Belanda, kedua yang kemudian dikenal dengan Battle of Tarakan (Perang Tarakan) adalah perang besar antara pasukan Sekutu (pasukan Australia yang dibantu oleh Amerika Serikat dan Belanda) melawan Jepang. Dua perang ini terjadi tak luput dari fakta bahwa Tarakan adalah ladang minyak selain secara geografis letaknya sangat strategis sehingga penting artinya sebagai sumber daya pendukung dalam perang.

Penemuan Minyak di Tarakan
Pada tahun 1896, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukan sumber minyak di Pulau Tarakan. Tahun-tahun selanjutnya, dimulailah upaya penambangan minyak di Tarakan oleh perusahaan milik Pemerintah Kolonial Belanda ini. Seiring dengan semakin aktifnya usaha pengeboran, ratusan pekerja didatangkan dari Pulau Jawa.
Fakta inilah pula yang menjadi awal kedatangan Suku Jawa di Pulau Tarakan.
Karena pentingnya keberadaan Pulau ini, pada tahun 1923 Belanda menempatkan seorang Asisten Residen di Tarakan yang membawahi lima wilayah yakni Tarakan, Tanjung Selor, Berau, Malinau dan Apo Kayan. Dalam waktu singkat, Tarakan menjadi pusat produksi minyak dengan dua sumur yang mampu memproduksi 80.000 barel minyak perbulan pada 1941.

Belanda melalui BPM termasuk kenyang menikmati keuntungan dengan perolehan minyak dari perut bumi Tarakan. Minyak mentah dari Tarakan yang termasuk dalam minyak kualitas nomor satu dunia langsung dikapalkan ke Amsterdam dengan menggunakan kapal laut. Salah satu kapal pengangkut yang terkenal adalah kapal Prins van Orange.
Cerita manis ini berakhir setelah Jepang sebagai negara Asia yang sangat agresif secara militer pada masa itu menargetkan Tarakan sebagai pintu masuk dalam upayanya mencari sumber energi baru di Hindia Belanda.(Sumber:http://anakpagun.blogspot.com/)
Diposkan oleh ABUTMUSOY di 14:40


-----


31 Mei 1945.
Enam pesawat terbang Liberator dari RAAF (Royal Australian Airforce) membantu Batalion Infanteri 2/23RD, dalam mengebom posisi-posisi tentara Jepang

Pendudukan Jepang di Tarakan
Sebagai sebuah negara industri baru di kawasan Asia, Jepang sangat membutuhkan sumber energi baru. Pilihan yang paling rasional adalah mencari sumber energi ke kawasan Asia terdekat yang kala itu sudah dikuasai terlebih dahulu oleh negara-negara Eropa (Inggris dan Belanda).

Untuk invasi ke kawasan Hindia Belanda, Pulau Tarakan dijadikan sebagai pintu masuk. Dipilihnya Tarakan selain karena kaya minyak dan kualitas minyaknya masuk dalam kategori kualitas nomor satu, karena juga secara geopolitik pulau ini sangat strategis karena menghubungkan jalur laut ke Australia, Filipina, dan Timur Jauh.
Jepang menginvasi Tarakan pada 11 Januari 1942 dan melakukan serangan udara pada posisi pertahanan Belanda. Pecahlah kemudian perang tidak seimbang antara dua kekuatan di Tarakan pada masa itu. Belanda hanya bermodalkan 1.300 serdadu Batalion VII KNIL, beserta pegawai perusahaan minyak BPM yang dilibatkan sebagai milisi bantuan, segelintir kapal perang ringan, pesawat tempur dan bomber berhadapan dengan sekitar 20.000 serdadu Jepang yang dimotori Pasukan Kure, pasukan elite angkatan laut Jepang yang mendarat di Pantai Amal dalam dua kelompok dengan dukungan pesawat tempur dan kapal perang lengkap.

Dalam invasi awal itu, Jepang berhasil menang dalam dua hari pertempuran dimana separuh dari pasukan Belanda tewas. Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel De Waal menyerah pada pasukan Jepang yang dipimpin oleh Jenderal Sakaguchi.
Beberapa hari sebelum menguasai Tarakan, Jepang terlebih dahulu telah menguasai Manila, Sabah, dan Brunei. Dengan dikuasainya Tarakan, maka pulau ini dapat digunakan sebagai pintu masuk untuk pendudukan lanjutan ke sumber minyak lainnya yakni di Balikpapan, Pangkalan Brandan di Sumatera Utara, Palembang di Sumatera Selatan, dan Cepu di Jawa Tengah.

Meskipun pasukan Belanda sempat membumihanguskan ladang minyak sebelum mereka menyerah, Jepang justru mampu mengembalikan bahkan meningkatkan produktifitas ladang minyak Tarakan hingga 350.000 barel per bulan hingga awal tahun 1944.
Setelah Belanda menyerah, sekitar 5.000 penduduk Tarakan menderita di bawah kebijakan-kebijakan represif pendudukan Jepang. Karena banyaknya jumlah pasukan Jepang yang menduduki pulau Tarakan, dampaknya kemudian adalah pengambilan paksa bahan pakan milik penduduk dan menyebabkan banyak warga sipil mengalami kekurangan gizi. Pada masa ini, banyak juga penduduk Tarakan yang kemudian berpindah ke wilayah Tawau, Sabah sehingga masa ini dikenal dengan masa yang disebut masyarakat Tidung sebagai jamon vekuasi (zaman evakuasi).

Tercatat, selama masa pendudukannya, Jepang juga mendatangkan sekitar 600 buruh pekerja dari Pulau Jawa ke Pulau Tarakan untuk bekerja di ladang minyak. Penguasaan Jepang atas Pulau Tarakan tidak berlangsung lama. Semakin menguatnya kekuatan sekutu dan dengan kekuatan pasukannya jauh lebih besar membuat Jepang tidak lagi mampu bertahan di Tarakan.

Rencana Pihak Sekutu
Sesuai dengan Perjanjian Wina pada tahun 1942, negara-negara Sekutu bersepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya. Lord Mountbatten sebagai Komandan Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara adalah orang yang diserahi tanggungjawab kekuasaan atas Sumatera dan Jawa. Sedangkan Tentara Australia diberi tanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian Timur.Maka rencana perebutan Tarakan oleh Sekutu yang berintikan Tentara Australia sebagai penanggung jawab wilayah Kalimantan adalah sebuah rencana besar yang akan menguntungkan Belanda, karena jika berhasil direbut, maka Tarakan yang kaya minyak akan kembali menjadi milik mereka sesuai dengan Perjanjian Wina tadi.

Dalam rencana pra-invasi dipastikan bahwa sebuah pesawat tempur akan ditempatkan di Tarakan enam hari setelah pendaratan dan kekuatan ini akan diperbanyak untuk mendukung serangan udara sembilan hari kemudian dan memperkuat fasilitas serangan dengan tambahan empat skuadron pesawat tempur dalam 21 hari pendaratan.

Meski tujuan utama dari serangan Sekutu di Tarakan (operasi "Oboe One") adalah untuk mengamankan dan membangun landasan udara agar bisa digunakan sebagai tempat titik tolak menuju kawasan lain seperti Brunei, Labuan (Malaysia), dan Balikpapan, motivasi untuk mengamankan ladang minyak Tarakan sebagai sumber minyak bagi kekuatan Sekutu di medan perang tidak bisa dinafikan sebagi alasan penting lainnya. (Sumber : http://anakpagun.blogspot.com/)

____
Pulau Tarakan sebagai Ladang Minyak dan Ladang Perang (3 -habis)

Mei 1945. Tampak tentara Sekutu yang rehat sebentar di sela-sela pertempuran melawan tentara Jepang

Perlawanan Warga Tarakan

Pada kenyataannya, tidak semua tentara Jepang yang berhasil selamat dalam pertempuran, menyerahkan diri begitu saja pada Sekutu. Ada juga yang bersembunyi di hutan dan ada pula yang berusaha melarikan diri lewat laut.

Meski tidak tercatat dalam sejarah, ada beberapa cerita mengenai penangkapan dan perlawanan terhadap pelarian perang dari pihak Jepang oleh warga yang mendiami Pulau Tarakan pada masa-masa awal. Di kawasan Desa Mamburungan, diceritakan warga berhasil menangkap seorang tentara Jepang yang bersembunyi di hutan Mamburungan. Pada waktu itu, menurut cerita yang tersebar warga terbagi menjadi dua. Ada yang berpendapat sebaiknya tentara Jepang itu diserahkan saja pada Sekutu, ada pula yang berpendapat bahwa sebaiknya ia dibunuh saja. Mungkin dikarenakan lebih banyak warga yang menyimpan dendam karena bahan pangan mereka sering diminta paksa, tentara Jepang ini akhirnya tewas di tangan massa.

Ada juga cerita perlawanan terhadap dua serdadu Jepang yang dialami oleh Kakek penulis sendiri. Pada masa itu, Kakek penulis bersama tiga orang saudaranya beserta Ayah mereka (Buyut penulis) sedang mencari kerang di sekitar tepi laut di Tanah Merah (sekitar KTT). Tanpa di sangka-sangka datang mendekati mereka, dua serdadu Jepang berpistol dengan menaiki sebuah rakit darurat. Segera saja Buyut dan anak-anaknya menghentikan aktifitas mereka.

Tanpa basa basi, dua serdadu Jepang ini langsung mengacak-acak seisi perahu yang tengah sandar di pinggir laut. Tanpa merasa bersalah mereka berdua mengambil begitu saja singkong mentah yang belum direbus dari perahu dan memakannya. Mungkin dua serdadu ini mengalami kelaparan hebat, belum makan beberapa hari. Sehabis memakan singkong mentah, mereka berdua menghampiri Buyut dan anak-anaknya sambil mengancamkan pistol. Dari bahasa isyarat, mereka meminta diantarkan ke Berau atau Balikpapan dengan menggunakan perahu milik Buyut.

Melihat gelagat yang tidak baik dan permintaan yang tidak masuk akal itu, Buyut penulis berbisik pada anak-anaknya untuk bersiap-siap melawan dua serdadu bersenjata itu. Dengan teriakan “Allahu Akbar” Buyut langsung mendorong salah satu serdadu hingga ia terjatuh dan bergumullah ia dengan Buyut di lumpur laut. Dengan gerak cepat Kakek dan salah satu saudaranya menyerang salah satu serdadu lain dengan menggunakan parang dan dayung, sementara itu, dua saudaranya yang lain lagi membantu Buyut melumpuhkan serdadu yang sudah tersungkur terlebih dahulu tadi. Kakek dan saudaranya berhasil membunuh salah satu serdadu. Bunyut beserta dua anaknya masih bergumul dengan serdadu satunya lagi. Malangnya, pistol yang belum berhasil direbut dari tangan serdadu yang satu ini meletus dan menembus kepala Buyut dan peluru itu bersarang di sana. Buyut pun terkulai lemah. Melihat Ayah mereka terkena tembakan, sebagian berusaha menyelamatkannya dan sebagian lagi secara membabi buta menyerang serdadu penembak itu hingga tewas.

Tanpa membuang waktu, Kakek dan saudara-saudaranya langsung membawa pulang Buyut. Sesampainya di Tarakan, Buyut masih bernafas. Namun dalam hitungan beberapa jam kemudian, setelah semua anggota keluarga berkumpul mengelilinginya, Buyut pun menghembuskan nafas terakhirnya.

Meskipun cerita ini hanya berkembang di kalangan masyarakat dan keluarga dan tidak tercatat dalam buku sejarah, layaklah ia dikenang sebagai peristiwa yang patut menjadi catatan tersendiri dalam lembar sejarah ingatan bahwa warga Tarakan juga pernah melakukan perlawanan terhadap penjajah Jepang, meski dalam skala kecil.

Berakhirnya Perang dan Pendudukan
Meskipun tentara Jepang sudah kalah, meskipun kemudian kemerdekaan Republik Indonesia sudah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, ternyata pasukan terakhir Australia, Brigade ke-26 (pasukan pendudukan) masih bertahan di Tarakan hingga 27 Desember 1945. Markas Brigade ini akhirnya dikembalikan ke Australia pada awal 1946 dan secara resmi dibubarkan di Brisbane pada bulan Januari 1946 dan tinggallah Pulau Tarakan, ladang minyak yang telah berhasil mereka gunakan sebagai ladang perang itu. (Sumber : http://anakpagun.blogspot.com/)

__________


Mengkapling-kapling Sumur Minyak (kota tarakan)

Surat Penunjukan Lokasi yang dikeluarkan Walikota Tarakan menyalahi Peraturan Keselamatan Kerja Tambang. Akibatnya, beberapa bangunan didirikan di atas sumur minyak. Suatu tindakan yang merugikan.

Minj Politie Reglement” (MPR) atau yang lebih dikenal dengan “Peraturan Kepolisian Pertambangan”, sudah lama diterbitkan. “Peraturan Keselamatan Kerja Tambang” yang dituangkan dalam Lembaran Negara - Nomor 341 Tahun 1930 itu sampai saat ini belum pernah dicabut. Tetapi, di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Pertamina Tarakan, Kalimantan Timur atau tepatnya di atas sumur-sumur minyak, banyak bangunan berdiri atas ijin yang diberikan oleh Pemerintah Kota Tarakan.

Ambillah contoh - proyek pembangunan gedung dan rumah Dinas Pengadilan Agama RI di Kelurahan Kampung Empat Tarakan Timur yang sekarang sedang dikerjakan, terdapat beberapa sumur minyak. Rupanya, Walikota Tarakan, yang saat itu dijabat dr H Jusuf Serang Kasim, secara diam-diam atau tanpa pemberitahuan kepada pihak Pertamina, menerbitkan Surat Penetapan Lokasi (SPL) Nomor 590/020/Pem-IX/2007 tanggal 25 September 2007 kepada Mahkamah Agung RI di Jakarta.

Padahal, seperti diketahui, di atas lahan seluas 3.420 M2 pada lokasi dimaksud, terdapat beberapa sumur minyak yang masih produktif. “Sehingga, jika pembangunan kantor dan rumah itu tetap dilakukan, akan memiliki risiko tinggi bagi keselamatan masyarakat dan operasi perusahaan,” tulis Pjs Field Manager Pertamina EP UBEP Tarakan, Maksum Solihin, 15 April 2009, menjawab surat konfirmasi lahan yang dimintakan Pengadilan Agama Tarakan, sebelum memulai pembangunan, 6 April 2009 lalu.

Anehnya, di Area III Pamusian di Jalan Sei Sesayap RT 8 Kelurahan Kampung Empat Tarakan Timur, yang diberikan Walikota Tarakan kepada Mahkamah Agung RI mestinya patut ditolak demi Peraturan Keselamatan Kerja Tambang. Sebab, di lokasi tersebut terdapat beberapa sumur-sumur minyak dan gas yang masih aktif dan produktif. “Jadi, jika Mahkamah Agung sendiri tidak mengindahkan peraturan, apa jadinya Indonesia ini,” komentar seorang penduduk Mamburungan yang sudah lama bermukim di Tawau Sabah Malaysia Timur.

Memang, dalam menangani pengkapling-kaplingan tanah di lokasi sumur minyak yang selama ini dikelola oleh PT Medco menghadapi kesulitan. Semua kasus atau yang disebut gangguan operasional yang dilakukan masyarakat tidak pernah mendapat respon dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan.

Contoh ketidakpedulian Pemkot Tarakan itu dibeberkan sejumlah pihak. “Kita melarang pembangunan Kampus Akademi Perawat dan Kantor Departemen Agama yang dibangun di Area I Pamusian di daerah Kampung Satu-Skip Tarakan Tengah. Ternyata kedua bangunan itu sudah memiliki Surat Penunjukan Lokasi yang diterbitkan Jusuf SK sebagai Walikota Tarakan,” beber mantan Humas PT Medco E&P Tarakan, kepada S Leonard Pohan dari Berita Indonesia.

Tapi, itu masa lalu. Selama 30 tahun pengelolaan minyak di bumi “Paguntaka” ditangani perusahaan minyak swasta. Tentu, akan berbeda dengan Pertamina yang sejak 15 Oktober 2008 lalu mengelola Tarakan dan Sanga-sanga, Kutai Kartanegara. Tidak kurang dari 1.200 sumur-sumur tua hasil pengeboran sejak seratus tahun lalu di pulau seluas 250,80 Km2 ini. Sebelumnya, pola yang dilakukan di Tarakan menggunakan Hydrolic Pumping Unit (HPU) dan Pumping Unit (PU). “Kita sekarang menggunakan ESP (Electrical Sumarsible Pump) sangat cocok untuk perkotaan,” kata Wiko Migantoro, Field Manager Pertamina Unit Bisnis Eksplorasi dan Produksi (UBEP) Tarakan, didampingi Ka Humas, Ernest Winokan. Alat ini kemampuannya lebih akurat atau gras tinggi, hemat listrik, dan relatif lebih aman di permukaan tanah. Itu sebab, alat ini sangat tepat digunakan di Tarakan sebagai kota.

Operasional tambang minyak yang berada dalam kota, harus bersahabat. Persahabatan itu menurut General Manager Pertamina UBEP Sanga-sanga, Tarakan, Satoto Agustono sangat penting. Itu sebab Pertamina lebih banyak lakukan silaturahmi dengan Pemkot. “Program harus kita selaraskan dengan Pemerintah, dengan demikian kita satu visi. Dan, kalau sudah satu visi, apapun bisa kita jalani,” kata Satoto Agustono, di tengah-tengah kesibukannya melakukan safari Ramadhan, puasa lalu.

Satoto Agustono melihat, pengkapling-kaplingan lokasi sumur-sumur minyak yang dilakukan masyarakat menjadi pemukiman, bukan sebagai halangan. “Semua ada aturan, dan kalau aturan itu diikuti tidak ada yang terganggu, malah akan diselamatkan,” katanya politis memberi contoh kalau ada masyarakat bangun rumah dekat sumur, akan diberi tahu, diberi arahan, sehingga kedua belah pihak terselamatkan.

Minyak adalah sumber energi di bawah bumi yang kita tidak tahu kapan dia keluar banyak. “Kita tidak dapat memprediksi, karena ini adalah berkat Allah SWT. Hasil minyak bukan untuk kami, tetapi untuk negara dan bangsa ini. Inilah yang harus kita jaga untuk tidak saling merugikan. Ada aturan di MPR berapa jarak mendirikan bangunan,” kata Satoto Agustono yang punya prinsip, jangan saling merugikan dan menyakitkan. Perlu keterbukaan, maunya apa - ada aturannya. Kalau kita maunya sendiri, itu yang repot. SLP (Berita Indonesia 71)

Sabtu, 05 Desember 2009

Pertamina

Pertamina merupakan satu-satunya perusahaan BUMN yang memiliki wewenang akan hasi pertambangan minyak dan gas bumi di Negri kita indonesia.
Pertamina adalah merupakan hasil penyatuan dari 2 perusahaan yaitu Pertamin dengan Permina didirikan tanggal 10 Desember 1957. Resminya penggabungan ke 2 perusahaan tersebut adalah pada tahun 1968.
Saat ini usaha Pertamina saat ini bergerak di bidang energi dan petrokimia : disektor hulu dan hilir yang ditopang oleh aktifitas anak-anak perusahaan disamping perusahaan-perusahaan patungan yang jumlahnya sangat banyak.

Kilang Minyak Di Indonesia

Saat ini Indonesia memiliki 10 (sepuluh) kilang minyak, baik yang dimiliki PT Pertamina (Persero) maupun Badan Usaha swasta lainnya dengan total kapasitas pengolahan kilang minyak adalah sebesar 1,156 juta barrel per hari.

Jumlah tersebut berasal dari Kilang yang dimiliki PT Pertamina (Persero), yaitu Pangkalan Brandan berkapasitas pengolahan 4,5 ribu barrel per hari (sudah tidak beroperasi sejak 2007), Dumai (127 ribu barrel per hari), Sungai Pakning (50 ribu barrel per hari), Musi (127,3 ribu barrel per hari), Cilacap (348 ribu barrel per hari), Balikpapan (260 ribu barrel per hari), Balongan (125 ribu barrel per hari), serta Kasim (10 ribu barrel per hari). Selain itu terdapat kilang minyak yang dikelola Pusdiklat Migas Cepu berkapasitas 3,8 ribu barrel per hari.

Sementara itu, kilang minyak yang dimiliki badan usaha swasta yaitu PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) berlokasi di Tuban dengan kapasitas 100 ribu barrel per hari (bahan baku kondensat).

Pada tahun 2008 produksi bahan bakar minyak (BBM) dari seluruh kilang minyak di Indonesia adalah sebesar 740 ribu barrel per hari, sementara itu kebutuhan BBM dalam negeri mencapai 1,1 juta barrel per hari sehingga Indonesia mengalami defisit BBM sebesar 360 ribu barrel per hari (33 persen dari total kebutuhan BBM), sehingga untuk menutup defisit tersebut diperlukan pembangunan kilang minyak baru dengan kapasitas pengolahan sebesar 400 ribu barrel per hari.

Untuk meningkatkan kehandalan pasokan BBM dari kilang dalam negeri, saat ini PT Pertamina (Persero) tengah merencanakan pembangunan kilang baru maupun modifikasi kilang existing, yaitu diantaranya pembangunan Kilang Banten yang berkapasitas 300 ribu barrel per hari di Bojonegara, Banten (tahap awal akan dibangun kilang dengan kapasitas 150 ribu barrel per hari yang diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2015). Pembangunan Kilang Tuban yang berkapasitas 300 ribu barrel per hari di Tuban, Jawa Timur (mulai beroperasi pada tahun 2016), serta ekspansi Kilang Balongan dengan kapasitas 200 ribu barrel per hari (mulai beroperasi pada tahun 2015).

Lambatnya realisasi pembangunan kilang minyak antara lain disebabkan besarnya investasi yang diperlukan dan rendahnya margin. Untuk itu dalam rangka mendukung terealisasikannya pembangunan kilang minyak, Direktorat Jenderal Migas telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait, yaitu BKPM, Departemen Keuangan, Setjen DESDM, BPH Migas, BPN, dan Pertamina guna membahas dukungan insentif investasi kilang. Sebagai hasilnya, saat ini untuk industri pengolahan minyak bumi telah diberikan insentif fiskal berupa fasilitas pajak penghasilan melalui PP No. 1 tahun 2007 yang telah disempurnakan dengan PP No. 62 tahun 2008.

Untuk mengupayakan segera terealisasinya pembangunan kilang minyak baru di Indonesia, maka Menteri ESDM telah mengusulkan tambahan insentif selain dari PP No. 62 tahun 2008 kepada Menteri Keuangan melalui surat Nomor 2843/MEM.M/2009 tanggal 10 Juni 2009.

Tambahan insentif yang diusulkan berupa :
a. Untuk barang modal:
- dibebaskan atau ditanggung pemerintah atas bea masuknya
- ditanggung pemerintah atas Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI)-nya

b. Untuk katalis dan suku cadang (spare part) untuk keperluan operasional kilang:
- ditanggung pemerintah atas PPn-nya

Jumat, 04 Desember 2009

Perbandingan Negara Penhasil Minyak Dunia

Kamis, 18 Juni 2009
Negara Penhasil Minyak Dunia

(Diurutkan berdasar jumlah produksi tahun 2006) dan total produksi1nya dalam juta barrel per hari

1. Arab saudi - 10,665
2. Rusia - 9,667
3. Amerika Serikat2 - 8,331
4. Iran - 4,148
5. Republik Rakyat Cina - 3,858
6. Meksiko - 3,707
7. Kanada - 3,288
8. Uni Emirat Arab - 3,0
9. Venezuela - 2,803
10. Norwegia - 2,786
11. Kuwait - 2,675
12. Nigeria - 2,443
13. Brasil - 2,166
14. Aljazair - 2,122
15. Irak - 2,008

(Diurutkan berdasar jumlah yang diekspor di 2006) dan total ekspor dalam juta barrel per hari

* Arab saudi - 8,651
* Rusia - 6,565
* Norwegia - 2,524
* Iran - 2,519
* Uni Emirat Arab - 2,515
* Venezuela - 2,203
* Kuwait - 2,150
* Nigeria - 2,146
* Aljazair - 1,847
* Meksiko - 1,676
* Libya - 1,525
* Irak - 1,438
* Angola - 1,365
* Kazakhstan - 1,114
* Kanada - 1,071

Gaji di Perusahaan Minyak dan Gas

Indonesia punya banyak ladang minyak dan gas, baik yang sudah, sedang, maupun yang belum tereksplorasi dan tereksploitasi. Walau penemuan cadangan minyak di dunia menurun secara signifikan, konon, cadangan minyak di Indonesia masih cukup besar dan belum terjamah.

Menurut laporan IHS, salah satu perusahaan penyedia informasi di bidang energi dunia, “there were some important finds that opened up some new areas, bolstered nearby producing areas and provided more building blocks for the future.” Terlebih lagi, pemerintah membuka tender dan menawarkan banyak blok pada para bidder di tahun-tahun ini.

Tak pelak, potensi ini mengundang banyak perusahaan minyak dan gas (migas) asing untuk berbondong-bondong berinvestasi di Indonesia. Ujung-ujungnya, lapangan pekerjaan buat sektor ini juga menjadi terbuka. Tapi sebenarnya, bagaimana sebetulnya salary dan benefit yang diperoleh untuk pekerjaan di sektor migas ini?

Chevron

Chevron adalah salah satu perusahaan energi terbesar di dunia. Pusatnya ada di San Ramon, California. Selain migas, Chevron juga bermain di eksplorasi, produksi, refinery, pemasaran dan transportasi, pembangkit energi, sampai chemical product.

Perusahaan ini berdiri tahun 1879 di Pico Canyon, California. Pada 2001, Chevron merger dengan Texaco dan membentuk ChevronTexaco. Namun pada 9 Mei 2005, ChevronTexaco melepas moniker Texaco dan kembali ke nama Chevron. Texaco tetap menjadi merek di bawah Chevron. Pada 19 Agustus 2005, Chevron bergabung dengan Unocal Corporation, sebuah gerakan yang membuat Chevron produsen terbesar energi geotermal di dunia.

Chevron Salary Table

Chevron terbilang cukup loyal terhadap karyawannya. Tabel di atas adalah berdasar PKB tahun 2006. Konon komponen tersebut sudah mencakup basic salary plus 21% regional allowance. Fresh graduate umumnya masuk di tingkat 18A.

China National Offshore Oil Corporation (CNOOC).

Adalah perusahaan minyak dan gas bumi (migas) terbesar ketiga di Republik Rakyat China setelah CNPC dan Sinopec. Perusahaan ini punya hak eksklusif untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak mentah dan gas alam di lepas pantai China. CNOOC juga merupakan sebuah perusahaan milik negara yang mana 70% sahamnya dimikili oleh pemerintah Republik Rakyat China. Mereka juga terdaftar di NYSE dengan kode ticker CEO.

CNOOC hadir di Indonesia dengan nama CNOOC Southeast Sumatra Ltd sebagai salah satu perusahaan KKKS yang ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi di lepas pantai Laut Jawa, sekitar 90 km sebelah utara Teluk Jakarta, Indonesia.

CNOOC Salary Table

Berdasar Peraturan Perusahaan 2006, gaji yang ditawarkan terlihat pada tabel di atas. Fresh graduate masuk ke CNOOC pada level 19.

ConocoPhillips

ConocoPhillips berpusat di Houston, Texas. Adalah merupakan salah satu oil company besar yang mempunyai lini bisnis terintegrasi — konon terbesar ketiga setelah Exxon dan Shell. ConocoPhillips lahir 30 Agustus 2002 sebagai produk merger antara Conoco Inc. dan Phillips Petroleum Company.

ConocoPhillips dikenal sebagai perusahaan dengan technological expertise untuk eksplorasi dan produksi di laut dalam, reservoir management and exploitation, 3-D seismic technology, high-grade petroleum coke upgrading, dan teknologi sulfur removal yang begitu sophisticated.

ConocoPhilips Salary Table

Menurut Peraturan Perusahaan 2006, gaji untuk karyawan nampak seperti pada tabel di atas. Gaji mereka cukup bersaing dengan struktur gaji Chevron. Fresh graduate biasanya masuk di level 12.

ENI

ENI berpusat di Italia dan bermain di sektor minyak dan gas alam. Juga punya usaha di engineering and construction, electricity generation, dan petrochemical. Sejujurnya, saya kurang tahu pasti tentang bisnis dan pencapaian mereka. Sepanjang yang saya tahu, mereka ENI di Eropa Selatan dan juga punya (sedikit) kepentingan dan investasi di Indonesia.

ENI Salary Table

Dari sounding orang dalam, struktur gaji di ENI untuk tahun 2004-2006 adalah seperti terlihat pada tabel di atas. Fresh graduate biasanya masuk pada tingkat ke 8.

Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (KUFPEC)

Perusahaan minyak bentukan Kuwait Petroleum Corporation yang beroperasi di beberapa negara di luar Kuwait, seperti Mauritania dan Mesir. Di Indonesia, mereka punya project di Buton dan telah memiliki interest di Blok Seram Non-Bula sejak 1985.

Struktur gaji KUFPEC terlihat seperti tabel berikut. Fresh graduate masuk di level 9. Struktur gaji tersebut adalah yang berlaku untuk tahun 2004-2006.

KUFPEC Salary Table

Pertamina

Rasanya semua sudah cukup tahu bahwa Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) adalah satu-satunya BUMN yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia.

Pertamina pernah mempunyai monopoli pendirian SPBU di Indonesia, namun monopoli tersebut telah dihapuskan pemerintah pada sekitar tahun 2000-an. Pertamina mengoperasikan 7 kilang minyak dengan kapasitas total 1.051,7 MBSD, pabrik petrokimia dengan kapasitas total 1.507.950 ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total 102,3 juta ton per tahun.

Pertamina adalah hasil gabungan dari perusahaan Pertamin dengan Permina yang didirikan pada tanggal 10 Desember 1957. Penggabungan ini terjadi pada 1968. Direktur utamanya saat ini adalah Ariffi Nawawi. Saya kurang mengetahui perkembangan Pertamina sejak sepeninggal Ari Soemarno. Namun yang jelas, Pertamina menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia: sektor hulu dan hilir, serta ditunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan patungan yang jumlahnya begitu banyak.

Pertamina adalah salah satu yang cukup loyal dalam memberi gaji dibandingkan perusahaan-perusahaan “made in Indonesia” lainnya. Gambaran gaji karyawan Pertamina dapat dilihat pada tabel berikut. Fresh graduate ada di level 8. Konon, benefit, fasilitas, termasuk “sambilan” di Pertamina bisa lebih besar dari basic salary-nya. Ada yang bisa memberi konfirmasi?

Pertamina Salary Table

Star Energy

Star Energy adalah perusahaan energi yang juga terintegrasi dengan unit bisnis minyak, gas, dan listrik. Berpusat di Inggris, perusahaan ini sebenarnya lebih dikenal sebagai perusahaan energi daripada perusahaan migas.

Di Indonesia, Star Energy dibuka tahun 2003 oleh Supramu Santosa dengan kerjasama menggandeng Nusantara Capital.

Susunan basic salary Star Energy terlihat pada tabel berikut. Data bersumber pada buku peraturan perusahaan tahun 2006. Fresh graduate biasanya masuk pada entry level ke 8.

Star Energy Salary Table

Tately N.V.

Tately N.V. adalah perusahaan eksplorasi dan rekayasa perminyakan asal Malaysia. Mereka berkongsi dengan PEXCO Group di Indonesia untuk menggarap PSC di Palmerah (Jambi) dan Lhokseumawe (Nanggroe Aceh Darussalam).

Basic salary Tately terlihat pada tabel berikut. Data bersumber pada peraturan perusahaan tahun 2006. Gaji tersebut adalah basic salary yang berlaku pada tahun 2006. Fresh graduate masuk di level 7.

Tately Salary Table

Dibandingkan Petronas, nama Tately memang kurang bergema. Namun, mereka (katanya) menawarkan gaji dan benefits package yang tak kalah kompetitif. Kantor pusat mereka di Indonesia ada di Plaza Bapindo, Menara Mandiri.

Total S.A.

Total S.A. adalah perusahaan perminyakan asal Perancis yang berpusat di Paris. Mereka juga bermain di gas, crude oil, eksplorasi gas alam, transportation, refining, power generation, sampai product trading and marketing. Perusahaan ini juga terdaftar di NYSE dengan kode ticker TOT. Mereka juga dikenal bermain sebagai chemical manufacturer dan salah satu dari enam besar oil company di dunia.

Total beroperasi di lebih dari 130 negara dengan 111 ribu karyawan lebih. Di Indonesia, gaji yang mereka tawarkan terlihat pada tabel berikut. Data bersumber pada buku peraturan perusahaan tahun 2006. Fresh graduate masuk di level 10.

Total Salary Table

Menurut sejarahnya, Total hampir saja “diambil” oleh Royal Dutch Shell — andaikata waktu itu PM Perancis, Raymond Poincaré tidak ngotot agar Perancis membangun perusahaan minyak sendiri sesudah Perang Dunia I. Total akhirnya berdiri 28 Maret 1924 dengan nama Compagnie Française des Pétroles (CFP) mencaplok 23.75% kepemilikan saham Turkish Petroleum Company sebagai kompensasi yang diberikan Jerman melalui Konferensi Sanremo.

Tahun 1985 mereka mengganti nama menjadi Total CFP. Tahun 1991 mereka menghilangkan nama CFP. Pernah dikenal sebagai Total Fina setelah mengakuisisi Belgian Petrofina (1999) dan pernah juga dikenal dengan nama TotalFinaElf pasca merger tahun 2000. Kini mereka kembali menamai dirinya Total sejak 2003.

Kamis, 03 Desember 2009

Arab Saudi dan Venezuela Nasionalisasi Perusahaan Minyak. Kapan Indonesia?

Di Ensiklopedi MS Encarta dengan topik “Saudi Arabia” dan “Venezuela” dijelaskan bahwa kedua negara tersebut Menasionalisasi perusahaan minyak yang ada di sana. Pengambil-alihan perusahaan ARAMCO (Arabian American Oil Company) oleh pemerintah Saudi terbukti meningkatkan pendapatan negara sangat besar. Begitu pula Venezuela. Padahal SDM di kedua negara tersebut sangat terbatas. Arab Saudi bahkan kerap meminta tenaga kerja dan juga tenaga ahli ke Indonesia.

Nah kapan pemerintah Indonesia punya nyali untuk mandiri dan menasionalisasi perusahaan Migas yang ada di negara ini? Pendapatan Migas lebih dari RP 300 trilyun/tahun harusnya cukup untuk itu.

Berikut tulisan dari Ensiklopedi MS Encarta:

Saudi Arabia

The latter development, along with Saudi Arabia’s 1974 takeover of controlling interest in the huge oil company Aramco, greatly increased government revenue, thus providing funds for another massive economic development plan.

The oil industry is the most important sector of the Saudi economy. Saudi Arabia’s proven petroleum reserves amount to one-fourth of the world total. The major oil fields are in the eastern part of the country and offshore in the Persian Gulf. Because the country has relatively small internal demand for oil, it exports most of its production. It is the largest exporter of petroleum in the world—in 2001 Saudi Arabia exported about 6.3 million barrels per day—and has the power to influence world oil prices.

Commercial quantities of oil were discovered in Saudi Arabia in 1938, but World War II (1939-1945) delayed large-scale exports until the 1950s. Initial exploration and drilling were carried out by the Arabian American Oil Company (Aramco), the operating company of Standard Oil of California (Socal). Several other U.S. oil companies acquired shares in Aramco in 1948. The Saudi government bought a 25 percent share of the company in 1973, then took complete control in 1980, after which the company was called Saudi Aramco. Production rose steadily from about 1.3 million barrels per day in 1960 to 3.8 million barrels per day in 1970. The increased production coupled with rising oil prices, especially in 1973 and 1974, brought huge revenues to the Saudi government. Another rapid increase in revenues followed the Islamic Revolution of Iran (1978-1979), when Saudi Arabia increased production to compensate for the drop in Iranian production, and prices rose due to the uncertain market. Oil prices declined along with world demand for oil during the worldwide economic recession of the early 1980s. In 2002 Saudi Arabia produced 7.6 million barrels of oil per day.

Saudi Arabia began producing natural gas liquids in 1962. In 1982 the first phase of the so-called Master Gas System was put in place. This system was built to capture the natural gas that was released as a by-product of oil production and distribute it to power petrochemical plants, steel factories, and other manufacturing enterprises. By the late 1990s plans were put forward to exploit the kingdom’s other gas fields. In June 2001 Saudi Arabia awarded concessions for the projects to several foreign companies, marking the return of foreign companies for the first time since 1975. In 2002 Saudi Arabia produced 57 billion cu m (2 trillion cu ft) of natural gas.

The state-owned Saudi Arabian Mining Company controls Saudi Arabia’s significant nonpetrochemical mineral resources. These other mineral products include limestone, gypsum, marble, clay, and salt. In addition, smaller mining operations extract gold, silver, bauxite, copper, zinc, and iron ore


VENEZUELA

Petroleum, located in the Maracaibo Basin and in the eastern part of the country, dominates the Venezuelan economy. Crude and refined oil are the main source of government revenue and account for about one-third of the GDP. In 2002 Venezuela produced almost 1 billion barrels. Much of its oil is exported to the Netherlands Antilles for refining. Venezuela is a founding member of the Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC).

The Venezuelan government nationalized the petroleum industry in 1976, although private investment and foreign participation has been permitted since 1992. In 2003 the country had petroleum reserves estimated at 78 billion barrels.

Rabu, 02 Desember 2009

ITTEK sertifikasi 3 tahun pelatihan migas

ITTEK adalah Pendidikan dan Pelatihan Ahli Madya Teknik Perminyakan 3 tahun dengan penekanan pada bidang Teknik Pemboran dan Teknik Produksi migas. Kampus ITTEK berdiri di Bojonegoro suatu wilayah yang kaya minyak dan gas bumi di Jawa timur  Indonesia.

ITTEK juga bertindak sebagai koordinator para pekerja migas yang tergabung dalam Paguyuban Pekerja Migas Bojonegoro ( P2MB) . Paguyuban ini memiliki ratusan anggota yang telah bersertifikat dan berpengalaman dalam bidang Drilling ( restabout, floorman, derrickman, assisten driller, driller dll.) , Production ( operator, well test specialist, dll.) , Construction ( Welding Inspector, NDT Specialist, Welder, Fitter, Rigger, dll.) , Technician ( mechanic, electric, instrument, dll.) , HSE ( safetyman, safety inspector, H2S safetyman, dll.) , sopir dan pekerja kasar.

ITTEK siap bekerja sama dalam pelaksanaan proyek proyek migas ataupun sebagai pemasok tenaga kerja.

Selasa, 01 Desember 2009

Negara Penghasil Polusi CO2 Terbesar

penyebab pemanasan global adalah karena meningkatnya efek rumah kaca. Peningkatan efek rumah kaca itu sendiri di sebabkan oleh meningkatnya kadar gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer.

Selama ini negara-negara di dunia ketiga alias negara berkembang selalu di tuding sebagai biang dari meningkatnya kadar gas CO2 tersebut. Industri yang tidak ramah lingkungan, penebangan hutan secara liar, meningkatnya jumlah kendaraan menjadi beberapa alasan di antaranya.

Sebuah lembaga riset independen yang berbasis di Amerika, CGD (Center for Global Development), menunjukkan di mana penghasil gas CO2 berada dan berapa banyak gas CO2 yang dilepaskan ke atmosfer dan menyebabkan kenaikan efek rumah kaca.

CGD menjelaskan bahwa pembangkit listrik merupakan kontributor terbesar penghasil CO2 (sekitar 25 % dari total emisi CO2). CGD mengumpulkan data dari sekitar 50.000 pembangkit listrik di seluruh dunia dan mengumpulkannya dalam suatu database yang disebut CARMA (Carbon Monitoring For Action).

Data yang dikumpulkan dalam CARMA berasal dari laporan pemerintah dan pembangkit itu sendiri. Bila data yang diperoleh masih kurang, CARMA melakukan perkiraan emisi dengan metode statistik berdasarkan jenis dan umur pembangkit listrik, bahan bakar yang digunakan, serta jumlah energi yang di hasilkan. CARMA berhasil mengumpulkan daftar negara penghasil emisi CO2 terbesar dari sektor pembangkit listrik serta daftar pembangkit listrik di seluruh dunia yang paling banyak menghasilkan emisi CO2.