Kamis, 07 Januari 2010
Pasti Pas Pertamina
Penerima sertifikat Pasti Pas Pertamina adalah SBPU yang telah lolos audit dan dinyatakan telah melakukan program Pertamina Way. Pengauditan dilakukan oleh auditor independent Bureau Veritas Indonesia dan sesuai dengan ketentuanyang ada. Program Pertamina Way ini terdapat 5 tahapan, antara lain :
1. Operator yang terlatih dan bermotivasi
2. Jaminan kualitas dan kuantitas
3. Penawaran produk dan pelayanan tambahan yang selaras dengan strategi pertamina.
4. Format fisik yang konsisten, sesuai strategi pertamina.
5. Peralatan yang terawat baik.
Selain telah menerapkan Pertamina Way, SPBU memberikan informasi mengenai hak konsumen kepada para pelanggan, yaitu mendapatkan Senyum, Salam, dan Sapa, Sebelum pengisian BBM, mesin tera menunjukkan angka 0, mendapatkan bukti pembayaran, dan mendapatkan penanganan yang baik terhadap keluhan yang diajukan ke pihak SPBU. Dan bila hak tersebut terpenuhi maka pelanggan tinggal menekan tombol customer satisfaction.
Selasa, 29 Desember 2009
Kerja Keras Adalah Energi Kita
Pertamina kini mau menerima kritik dan saran secara terbuka melalui dunia maya. Dan memang kita semua memerlukan Kerja Keras pantang menyerah untuk menuju jalan yang lebih baik, begitu juga PTPertamina memerlukan usaha yang lebih keras untuk menemukan energi baru bagi kita semua berupa cadangan minyak dan gas baru yang perlu di eksplorasi dan di eksploitasi untuk mendapatkan devisa negara dan memenuhi kebutuhan energi nasional, dan juga memerlukan kerja keras untuk menjadi perusahaan minyak ternama di dunia
Seperti yang kita ketahui bahwa Pertamina merupakan property negara yang sangat berarti dengan asset menurut situs pertamina adalah Rp 140 trilliun dan telah berdiri sejak 50 tahun silam.
Tapi seringkali perusahaan ini kita bandingkan dengan perusahaan nasional tetangga sebelah, yakni Petronas Malaysia yang sekarang melejit jauh menjadi perusahaan minyak yang cukup disegani oleh dunia. Dan juga tertinggal beberapa langkah dengan perusahaan minyak swasta nasional seperti Medco yang telah merambah banyak wilayah diluar Indonesia. Tak salah melalui dunia maya kemudian dikumandangkan Kerja Keras adalah Energi Kita untuk menerima kritik terbuka sebagai penyemangat mengejar ketertinggalan.
Dulu Pertamina adalah guru perminyakan perusahaan Negeri Jiran ini disekitar tahun 1970an, tapi apa yang terjadi saat ini?Kenyataanya seorang murid ternyata bisa jauh lebih berhasil dari sang guru. Bila kita bandingkan, Petronas notabene hanyalah perusahaan minyak di negara dengan dengan luas yang lebih kecil dari Indonesia dan begitu pula kandungan minyak gas yang dipunyainya. Dengan cerdas dia mengepakkan sayap memperluas jangkauan sedikit demi sedikit, berbenah diri baik diluar maupun didalam tubuh organisasi, dan kelamaan menjadi gurita didunia perminyakan dengan asset perkali lipat dari sang guru. Apakah sang guru akan menyerah begitu saja? Jawabannya tentulah tidak, dengan berbekal pengalaman dan sumber daya yang ada, sang guru akan bangkit untuk membentangkan sayap dengan semangat Kerja Keras Adalah Energi Kita untuk menapak hari esok yang lebih baik.
Seperti yang kita ketahui bahwa Pertamina merupakan property negara yang sangat berarti dengan asset menurut situs pertamina adalah Rp 140 trilliun dan telah berdiri sejak 50 tahun silam.
Tapi seringkali perusahaan ini kita bandingkan dengan perusahaan nasional tetangga sebelah, yakni Petronas Malaysia yang sekarang melejit jauh menjadi perusahaan minyak yang cukup disegani oleh dunia. Dan juga tertinggal beberapa langkah dengan perusahaan minyak swasta nasional seperti Medco yang telah merambah banyak wilayah diluar Indonesia. Tak salah melalui dunia maya kemudian dikumandangkan Kerja Keras adalah Energi Kita untuk menerima kritik terbuka sebagai penyemangat mengejar ketertinggalan.
Dulu Pertamina adalah guru perminyakan perusahaan Negeri Jiran ini disekitar tahun 1970an, tapi apa yang terjadi saat ini?Kenyataanya seorang murid ternyata bisa jauh lebih berhasil dari sang guru. Bila kita bandingkan, Petronas notabene hanyalah perusahaan minyak di negara dengan dengan luas yang lebih kecil dari Indonesia dan begitu pula kandungan minyak gas yang dipunyainya. Dengan cerdas dia mengepakkan sayap memperluas jangkauan sedikit demi sedikit, berbenah diri baik diluar maupun didalam tubuh organisasi, dan kelamaan menjadi gurita didunia perminyakan dengan asset perkali lipat dari sang guru. Apakah sang guru akan menyerah begitu saja? Jawabannya tentulah tidak, dengan berbekal pengalaman dan sumber daya yang ada, sang guru akan bangkit untuk membentangkan sayap dengan semangat Kerja Keras Adalah Energi Kita untuk menapak hari esok yang lebih baik.
Selasa, 15 Desember 2009
Solar Cell, Energi Masa Depan Ramah Lingkungan
Energi adalah satu kata yang mempunyai makna sangat luas karena tidak ada aktivitas di alam raya ini yang bergerak tanpa $(BEF (Bnergi $(B!& (B dan itulah sebabnya kata salah seorang professor di Jepang bahwa hampir semua perselisihan di dunia ini, berpangkal pada perebutan sumber energi.
Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi dua bagian yaitu non-renewable energy dan renewable energy. Sumber energi fosil adalah termasuk kelompok yang pertama yang sebagaian besar aktivitas di dunia ini menggunakan energi konvensional ini.
Sekitar tahun delapan puluhan ketika para ahli di Indonesia menawarkan sumber energi alternatif yang banyak digunakan di negara maju yaitu nuklir, banyak terjadi pertentangan dan perdebatan yang cukup panjang sehingga mengkandaskan rencana penggunaan sumber energi yang dinilai sangat membahayakan itu. Diantara usulan yang banyak dilontarkan kala itu adalah mengapa kita tidak menggunakan sumber energi surya. Memang tidak diragukan lagi bahwa solar cell adalah salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan sangat menjanjikan pada masa yang akan datang, karena tidak ada polusi yang dihasilkan selama proses konversi energi, dan lagi sumber energinya banyak tersedia di alam, yaitu sinar matahari, terlebih di negeri tropis semacam Indonesia yang menerima sinar matahari sepanjang tahun.
Permasalahan mendasar dalam teknologi solar cell adalah efisiensi yang sangat rendah dalam merubah energi surya menjadi energi listrik, yang sampai saat ini efisiensi tertinggi yang bisa dicapai tidak lebih dari 20 persen, itupun dalam skala laboratorium
Untuk itu di negara-negara maju, penelitian tentang solar cell ini mendapatkan perhatian yang sangat besar, terlebih dengan isu bersih lingkungan yang marak digembar gemborkan.
Dari cahaya menjadi Listrik
Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran electron, nah aliran electron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik.
Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber (penyerap), meskipun demikian, masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang elektromagnetik yang secara spektrum dapat dilihat pada gambar 2. Oleh karena itu absorber disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya matahari.
Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber), akan diserap, dipantulkan atau dilewatkan begitu saja (lihat gambar 3), dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan membebaskan electron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi tersebut disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan electron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik. Untuk membebaskan electron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc) harus sedikit lebih besar/diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar sel. Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur bahan yang dipergunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor yang dipergunakan.
Tentu saja agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal dari sinar matahari harus bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan remombinasi serta memperbesar konduktivitas dari bahannya. Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya, maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi sangat bermacam-macam tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti adalah CuInSe2 yang dikenal merupakan salah satu dari direct semiconductor. Dari begitu banyak keuntungan solar cell seperti telah diuraikan diatas ternyata tidak polemik tidak kemudian berhenti begitu saja, masih ada yang mengatakan memang benar solar cell ketika melakukan proses perubahan energi tidak ada polusi yang dihasilkan, tetapi sudahkah kita menghitung berapa besar polusi yang telah dihasilkan dalam proses pembuatannya, dibandingkan kecilnya efisiensi yang dihasilkan. Nah tantangannya disini adalah memang bagaimana untuk menaikkan efisiensi, yang tentunya akan berdampak kepada nilai ekonomisnya.
Rusminto Tjatur WIDODO
Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi dua bagian yaitu non-renewable energy dan renewable energy. Sumber energi fosil adalah termasuk kelompok yang pertama yang sebagaian besar aktivitas di dunia ini menggunakan energi konvensional ini.
Sekitar tahun delapan puluhan ketika para ahli di Indonesia menawarkan sumber energi alternatif yang banyak digunakan di negara maju yaitu nuklir, banyak terjadi pertentangan dan perdebatan yang cukup panjang sehingga mengkandaskan rencana penggunaan sumber energi yang dinilai sangat membahayakan itu. Diantara usulan yang banyak dilontarkan kala itu adalah mengapa kita tidak menggunakan sumber energi surya. Memang tidak diragukan lagi bahwa solar cell adalah salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan sangat menjanjikan pada masa yang akan datang, karena tidak ada polusi yang dihasilkan selama proses konversi energi, dan lagi sumber energinya banyak tersedia di alam, yaitu sinar matahari, terlebih di negeri tropis semacam Indonesia yang menerima sinar matahari sepanjang tahun.
Permasalahan mendasar dalam teknologi solar cell adalah efisiensi yang sangat rendah dalam merubah energi surya menjadi energi listrik, yang sampai saat ini efisiensi tertinggi yang bisa dicapai tidak lebih dari 20 persen, itupun dalam skala laboratorium
Untuk itu di negara-negara maju, penelitian tentang solar cell ini mendapatkan perhatian yang sangat besar, terlebih dengan isu bersih lingkungan yang marak digembar gemborkan.
Dari cahaya menjadi Listrik
Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p dan n (p-n junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran electron, nah aliran electron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik.
Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber (penyerap), meskipun demikian, masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang elektromagnetik yang secara spektrum dapat dilihat pada gambar 2. Oleh karena itu absorber disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya matahari.
Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber), akan diserap, dipantulkan atau dilewatkan begitu saja (lihat gambar 3), dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan membebaskan electron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi tersebut disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan electron dari ikatan kovalennya sehingga terjadilah aliran arus listrik. Untuk membebaskan electron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc) harus sedikit lebih besar/diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar sel. Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur bahan yang dipergunakan, yaitu dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor yang dipergunakan.
Tentu saja agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal dari sinar matahari harus bisa diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan remombinasi serta memperbesar konduktivitas dari bahannya. Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya, maka absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga memungkinkan untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi sangat bermacam-macam tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti adalah CuInSe2 yang dikenal merupakan salah satu dari direct semiconductor. Dari begitu banyak keuntungan solar cell seperti telah diuraikan diatas ternyata tidak polemik tidak kemudian berhenti begitu saja, masih ada yang mengatakan memang benar solar cell ketika melakukan proses perubahan energi tidak ada polusi yang dihasilkan, tetapi sudahkah kita menghitung berapa besar polusi yang telah dihasilkan dalam proses pembuatannya, dibandingkan kecilnya efisiensi yang dihasilkan. Nah tantangannya disini adalah memang bagaimana untuk menaikkan efisiensi, yang tentunya akan berdampak kepada nilai ekonomisnya.
Rusminto Tjatur WIDODO
Langganan:
Postingan (Atom)